5 Jurus Bank Indonesia Hadapi Tantangan di Era Digital
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyebutkan lima strategi menghadapi tantangan di era digital. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral harus mampu beradaptasi dalam menghadapi perkembangan digital. “Pertama adalah memperkuat kerangka bauran kebijakan yang tidak hanya fokus pada stabilitas harga, tetapi juga stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran,” ujarnya dalam Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics […]
Industri
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyebutkan lima strategi menghadapi tantangan di era digital.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral harus mampu beradaptasi dalam menghadapi perkembangan digital.
“Pertama adalah memperkuat kerangka bauran kebijakan yang tidak hanya fokus pada stabilitas harga, tetapi juga stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran,” ujarnya dalam Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-14 pada hari ini, Kamis, 27 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Selanjutnya, BI harus memperkuat sinergi bauran kebijakan nasional untuk mendukung reformasi struktural, baik dari sisi kebijakan moneter maupun fiskal. Selain itu, akselerasi pendalaman pasar keuangan mesti dilakukan melalui penguatan infrastruktur pasar keuangan domestik yang saling terkoneksi.
Digitalisasi Sistem Pembayaran
Kemudian, penguatan digitalisasi sistem pembayaran sebagai tulang punggung dari kebijakan moneter. Terakhir, dibutuhkan transformasi BI di bidang organisasi dan sumber daya manusia (SDM).
Diketahui, konferensi internasional BMEB merupakan wadah refleksi atas kebijakan ekonomi untuk beradaptasi di era digital. Kegiatan yang mempertemukan para peneliti di bidang ekonomi, moneter dan keuangan baik dari dalam maupun luar negeri tersebut mempresentasikan 54 karya tulis ilmiah dari 236 karya tulis yang ikut serta dalam kegiatan tahunan ini.
Penyelenggaraan konferensi tahun ini pun merupakan hasil kerja sama BI dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Indonesia Bureau of Economic Research (IBER), The Asia-Pacific Applied Economics Association (APAEA), dan lima perguruan tinggi di Indonesia, yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, dan Universitas Padjadjaran.
BI, kata Perry, akan terus mendorong BMEB untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional, dengan menjadikannya sebagai jurnal internasional dan referensi ilmiah di bidang teori dan kebijakan ekonomi, moneter dan keuangan untuk negara berkembang.
Di samping itu, untuk menghubungkan berbagai pemikiran dalam memajukan ilmu pengetahuan dan memberdayakan perumusan kebijakan di era global, lanjut Perry, sejak tahun 2015 BI secara sistematis mendorong penguatan ekosistem riset akademis dan kebijakan di bidang ekonomi di tanah air.
Adapun salah satunya upaya yang dilakukan, yakni meningkatkan kualitas publikasi riset dan infrastruktur pendukung, termasuk peningkatan kualitas penyelenggaraan konferensi internasional. Sejak Juli 2019, BMEB menjadi salah satu jurnal ekonomi Indonesia yang telah terindeks scopus. (SKO)