Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/couple-leaving-palm-prints-on-wall-10617287/
Gaya Hidup

5 Sebab Anda Jadi Korban Ghosting

  • Ghosting adalah fenomena dimana orang lain memutus semua komunikasi dan mengakhiri hubungan tanpa penjelasan setelah terdapat kedekatan atau intensitas tertentu dalam hubungan.
Gaya Hidup
Rumpi Rahayu

Rumpi Rahayu

Author

JAKARTA - Apakah Anda pernah menjadi korban ghosting? ataukah mungkin Anda malah pelaku ghosting?

Ghosting adalah fenomena dimana orang lain memutus semua komunikasi dan mengakhiri hubungan tanpa penjelasan setelah terdapat kedekatan atau intensitas tertentu dalam hubungan.

Menjadi korban ghosting tentu menyakitkan karena biasanya perilaku ghosting terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga. Ghosting menyebabkan seseorang mengalami beragam perasaan negatif seperti merasa tidak aman, menurunnya harga diri, kecemasan dan depresi, rasa bersalah, penyesalan, dan malu.

Ghosting membuat korban mempertanyakan diri mereka sendiri dan bahkan tak jarang menyalahkan diri mereka.

Segala jenis kehilangan dan kesedihan yang menyebabkan rasa sakit termasuk juga ghosting membuat persepsi rasa sakit di area otak diaktifkan dan rasa sakit emosional yang muncul sama halnya rasa sakit karena cidera fisik.

Dr Esther Cole, seorang Psikolog Lifespan seperti dilansir dari laman website Psychology Today, mengungkapkan 5 kemungkinan alasan seseorang melakukan perilaku ghosting

1. Mereka kemungkinan besar mengalami pengabaian saat masih kecil

Keintiman lebih sulit bagi orang-orang yang mengalami kesulitan keterikatan sejak dini. Bentuk pengabaian yang mungkin mereka dapatkan adalah orang tua yang tidak hadir dalam kehidupan mereka hingga pelecehan atau trauma yang mungkin mereka terima dari orang-orang yang seharusnya mereka percayai saat tumbuh dewasa.

2. Mereka menghindari mengungkapkan perasaan mereka

Bagi beberapa orang, mengungkapkan perasaan adalah sesuatu yang sulit dan tampak berlebihan. Mereka tidak terbiasa untuk memberikan bahasa pada emosi kompleks yang mereka miliki.

Pola ini biasanya tercipta karena mereka tidak terbiasa dengan lingkungan di mana berbagi emosi itu aman, dan lebih mudah untuk menutup emosi daripada mengekspresikannya.

3. Mereka tidak merasa bertanggung jawab atas perilaku mereka

Orang yang melakukan ghosting biasanya tidak peduli atas dampak yang ditimbulkan untuk korban. Mereka biasanya lebih peduli untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka, yaitu mengatasi melalui penghindaran, jarak dan ruang. Inilah alasan mengapa mereka meremehkan dampak ghosting kepada korban.

4. Pandangan mereka sangat berbeda dengan Anda

Orang-orang cenderung lebih suka berada di tempat dimana orang lain setuju dan sejalan dengan pandangan mereka. Hal ini membuat mereka menjaga keamanan psikologis.

Jadi meskipun Anda telah mencoba mencapai kesepakatan tentnag berbagai masalah seperti nilai-nilai, pemikiran, hingga harapan untuk masa depan, pada akhirnya mereka lebih suka untuk memblokir Anda daripada mengakui bahwa pendapat Anda mungkin ebrtentangan dengan mereka dan hal ini menimbulkan ancaman bagi mereka.

5. Mereka merasa harus mengendalikan situasi

Dampak dari alasan nomor 4 membuat seseorang merasa bahwa melanjutkan hubungan dengan Anda hanya akan melemahkan mereka. Mereka merasa tidak lagi memegang kendali dan mencoba mendapatkannya kembali, inilah yang membuat mereka lebih suka berada di dalam hubungan di mana mereka dapat memiliki kendali.

Jika mencoba melihat sisi positif ghosting, Anda sebetulnya sedang menyaring orang-orang yang layak untuk ada di kehidupan Anda. Anda tentunya tidak ingin berada dalam hubungan yang tidak mampu memberikan kebutuhan Anda dan berkomunikasi secara dewasa.