Wijaya Karya
BUMN

5 Tahun Berturut-turut Cashflow Wijaya Karya Selalu Negatif

  • Secara bertubi-tubi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mendapatkan kabar tak menyenangkan jelang tutup tahun

BUMN

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Secara bertubi-tubi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mendapatkan kabar tak menyenangkan jelang tutup tahun. 

Pertama, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memangkas dua surat utang Wijaya Karya, yakni Obligasi Berkelanjutan dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan. Pefindo menyematkan rating idCCC dengan kategori credit watch dari sebelumnya idBBB dengan kategori negative outlook pada kedua surat utang perseroan.

Kedua, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara perdagangan saham WIKA. Mulai sesi I perdagangan hari ini, saham WIKA tidak bisa diperjual belikan oleh investor seperti sebelumnya. 

Kedua kabar tersebut berkorelasi dengan penundaan pembayaran dari pemegang Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I tahap 1 tahun 2020 seri A senilai Rp184 miliar yang akan jatuh tempo pada 18 Desember 2023.

Wijaya Karya beralasan saat ini perseroan masih dalam status restrukturisasi keuangan. Pertimbangan selanjutnya adalah pemberlakuan equal treatment kepada kreditur, termasuk kepada para pemegang obligasi PUB I Tahap 1 tahun 2020.

Baca Juga: Melihat Histori Cashflow WIKA dan WSKT yang Disebut Memanipulasi Data

Kondisi keuangan Wijaya Karya memang sedang tidak baik-baik saja. WIKA menjadi BUMN Karya dengan kinerja paling buruk pada kuartal III-2023. 

Sepanjang Januari – September, Wijaya Karya merugi Rp5,88 triliun, jauh lebih parah dibandingkan dengan kerugian pada periode yang sama tahun 2022 yakni Rp27,96 miliar.

Sejatinya, WIKA sudah berhasil diet liabilitas menjadi Rp55,67 triliun dari Rp57,57 triliun pada akhir 2022. Wijaya Karya juga sudah menambah pendapatan dari semula Rp12,79 triliun hingga September 2022 menjadi Rp15,07 triliun pada September 2023.

Baca Juga: 4 Emiten BUMN yang Merugi Sepanjang 2022, Siapa Paling Besar?

Proyek Wijaya Karya

Cashflow Wijaya Karya

Jauh sebelum ini,  Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menyebut sejumlah BUMN Karya memoles laporan keuangan alias tidak melaporkan sesuai kenyataan. 

Dikatakan, Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan Wijaya Karya adalah salah duanya. 

"Di beberapa BUMN Karya, seperti Waskita dan WIKA memang pelaporan keuangannya juga tidak sesuai dengan kondisi riil. Dilaporkan seolah-olah untung bertahun-tahun padahal cashflow-nya tidak pernah positif," ujar Tiko (6/23).

Untuk membuktikan pernyataan tersebut, mari kita lihat apakah benar arus kas (cashflow) dari WIKA benar negatif atau tidak. TrenAsia melakukan riset terhadap arus kas dari aktivitas operasi pada laporan keuangan perusahaan periode kuartal III-2019 hingga kuartal III-203.

Sebagai informasi, arus kas aktivitas operasi adalah laporan mengenai segala jenis aktivitas operasional yang terjadi dalam perusahaan. Beberapa jenis aktivitas ini dapat berupa pemasukan maupun pengeluaran yang dialami perusahaan.

Dengan melihat fakta tersebut, dapat dipastikan bahwa laporan kas aktivitas operasi ini akan mencatat semua jenis hal yang bisa memberikan pengaruh baik terhadap kas perusahaan.

Contohnya, laporan arus kas operas ini mencatat komisi, pembayaran royalti, fee. Juga biaya pemasok barang, pembayaran gaji karyawan, penerimaan kembali pajak penghasilan, dan lain sebagainya.

2019

Arus Kas dari Aktivitas Operasi: -Rp3,07 triliun

Pendapatan: Rp18,29 triliun

Laba bersih: Rp1,35 triliun

2020

Arus Kas dari Aktivitas Operasi: -Rp5,76 triliun

Pendapatan: Rp10,38 triliun

Laba bersih: Rp50,19 miliar

2021

Arus Kas dari Aktivitas Operasi: -Rp5,13 triliun

Pendapatan: Rp11,64 triliun

Laba bersih: Rp104,94 miliar

2022

Arus Kas dari Aktivitas Operasi: -Rp4,87 triliun

Pendapatan: Rp12,79 triliun

Rugi bersih: Rp27,96 miliar

2023

Arus Kas dari Aktivitas Operasi: -Rp1,67 triliun

Pendapatan: Rp15,07 triliun

Rugi bersih: Rp526,52 miliar