<p> Ilustrasi investasi reksa dana saham saat pandemi./ Pixabay</p>
Gaya Hidup

5 Tanda Anda Terlalu Agresif Berinvestasi

  • JAKARTA – Berinvestasi hanya berhasil jika Anda bersedia mengambil risiko. Meskipun kedengarannya berlawanan dengan intuisi, risiko diperlukan untuk mendapatkan imbalan. “Anda tidak bisa mendapatkan imbalan yang ingin Anda capai dalam jangka panjang tanpa mengambil risiko,” kata perencana keuangan dan salah satu pendiri Facet Wealth, Brent Weiss, dikutip dari Business Insider. Namun, mengambil terlalu banyak risiko […]

Gaya Hidup
Gloria Natalia Dolorosa

Gloria Natalia Dolorosa

Author

JAKARTA – Berinvestasi hanya berhasil jika Anda bersedia mengambil risiko.

Meskipun kedengarannya berlawanan dengan intuisi, risiko diperlukan untuk mendapatkan imbalan.

“Anda tidak bisa mendapatkan imbalan yang ingin Anda capai dalam jangka panjang tanpa mengambil risiko,” kata perencana keuangan dan salah satu pendiri Facet Wealth, Brent Weiss, dikutip dari Business Insider.

Namun, mengambil terlalu banyak risiko juga tidak membantu, malah bisa jadi membuat Anda cemas atau membuat Anda kekurangan uang. Weiss mengatakan ada lima tanda utama bahwa seseorang mengambil terlalu banyak risiko.

Anda tidak memiliki uang tunai

Jika Anda tidak memiliki dana darurat, Anda harus membuatnya sebelum berinvestasi. Menurut Weiss, sebelum mengambil risiko dalam kehidupan finansial Anda, Anda harus benar-benar memiliki fondasi yang kokoh.

Membeli saham, misalnya, tidak pernah semudah seperti sekarang ini. Tapi, hanya karena mudah bukan berarti itu selalu langkah yang benar.

“Saya melihat banyak orang tidak memiliki dana darurat, mereka tidak memiliki arus kas positif. Mereka belum melindungi asetnya dengan asuransi. Itu pertanda nomor satu bahwa orang terlalu agresif, karena mereka sedang menginvestasikan uang yang seharusnya tidak diinvestasikan. Uang harus disimpan di tempat yang aman dan terjamin,” kata Weiss.

Anda tidak memiliki strategi alokasi aset yang solid

Ada lebih dari satu jenis investasi seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lainnya. Tapi mereka tidak sama dalam hal risiko.

Bagi kebanyakan orang, penting untuk mencapai keseimbangan antara investasi dengan risiko yang berbeda untuk membuat portofolio yang seimbang, dan keseimbangan itu akan berubah seiring waktu.

“Saya tidak dapat memberi tahu Anda berapa banyak orang, bahkan di usia 50-an dan 60-an, memiliki [portofolio yang] 100% saham,” kata Weiss.

Menurutnya, hal itu bukan sesuatu yang buruk jika Anda berusia 20-an atau 30-an. Iut adalah hal yang sangat baik. Namun, ketika Anda mendekati masa pensiun, Anda benar-benar harus memahami horizon waktu Anda.

Bagi kebanyakan orang, menyesuaikan alokasi aset menjadi lebih konservatif seiring bertambahnya usia adalah hal yang masuk akal.

“Pasar akan pulih. Tetapi masalahnya, jika Anda berusia 60 atau 65 tahun dan Anda akan pensiun, risiko yang benar-benar Anda hadapi adalah, ‘Bagaimana jika saya pensiun dan saya perlu menarik uang dari akun saya saat pasar turun 30%?”

Anda menempatkan semua investasi pada beberapa saham

Dengan munculnya aplikasi perdagangan saham yang mudah diakses, Weiss mengatakan terjadi peningkatan jumlah orang dalam membuat keputusan investasi yang terburu-buru.

“Saya melihat banyak investor muda membeli hot stocks. Mereka membeli saham yang naik 50%, 200%, 300%. Mereka tidak terdiversifikasi,” katanya.

Sementara, orang yang mendekati usia pensiun yang bekerja untuk sebuah perusahaan selama 30 tahun memiliki banyak saham.

“Mereka terikat secara emosional, tetapi mereka tidak memahami risiko yang menyertainya ketika memiliki satu [saham],” ujar Weiss.

Dia mengibaratkan hal ini seperti meletakkan semua telur yang Anda miliki dalam satu keranjang. Langkah cerdas yang perlu dilakukan adalah memiliki berbagai saham, bahkan melalui investasi seperti reksa dana.

Anda trading setiap hari

Sepanjang pengalaman Weiss, orang-orang yang menggunakan aplikasi investasi atau trading setiap hari mungkin membuat langkah yang lebih berisiko daripada yang seharusnya.

“[Dalam berinvestasi] ini bukan hanya tentang apa yang Anda miliki, tetapi juga bagaimana Anda memilikinya,” tutur Weiss.

Siapa pun yang mencoba membeli dan menjual ke pasar dan menghasilkan keuntungan dengan cepat mungkin membuat langkah yang lebih berisiko daripada yang seharusnya.

Pendekatan yang lebih baik adalah membiarkan investasi berjalan sendiri dalam jangka waktu lama.

“Saya telah melihatnya dalam 15 tahun karir saya, melalui banyak studi dan penelitian: investor dihargai karena mengambil pendekatan jangka panjang,” ucap Weiss.

Pendekatan berbiaya rendah, terdiversifikasi dengan baik, dan disiplin seputar rencana keuangan merupakan kunci dalam investasi jangka panjang.

Anda selalu mengkhawatirkan portofolio Anda

Salah satu tanda paling sederhana bahwa Anda berinvestasi terlalu agresif adalah portofolio selalu ada di pikiran Anda.

“Jika Anda tidak bisa tidur di malam hari atau Anda khawatir dengan portofolio Anda, Anda mungkin berinvestasi terlalu agresif,” kata Weiss.

Menurutnya, jika Anda merasa sedikit tidak yakin, Anda tidak harus menjual semua saham Anda untuk menggenggam uang tunai atau semua obligasi. Anda bisa mengurangi sifat agresif portofolio Anda.

Jika Anda khawatir, ada baiknya mengubah strategi Anda dan mengurangi risiko.

“Anda masih harus berinvestasi di saham sampai batas tertentu, tetapi Anda dapat melakukan sedikit penyesuaian,” kata Weiss.