6 Perusahaan IPO di BEI Hari Ini dari Emiten Djarum hingga Sandiaga, Simak Profilnya!
- Enam perusahaan yang mencatatkan saham (listing) di BEI hari ini bergerak di berbagai bidang usaha.
Korporasi
JAKARTA - Sebanyak enam perusahaan siap mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, 8 November 2022. Keenam perusahaan sebelumnya telah melakukan penawaran saham umum perdana atau initial public offering (IPO) dalam sebulan terakhir.
Dalam catatan TrenAsia.com, enam emiten yang akan listing di BEI ini merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak di beragam sektor usaha. Di antara emiten ini, terdapat perusahan yang didanai oleh konglomerasi Group Djarum yakni Blibli. Kemudian, perusahaan milik pengusaha Sandiaga Uno yaitu RS Primaya.
Nantinya, enam emiten ini akan menjadi perusahaan yang tercatat di BEI dengan urutan ke-45, 46, 47, 48, 49, dan 50.
Berikut perusahaan yang akan IPO di BEI beserta kode sahamnya.
1. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI)
Blibli menetapkan harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebesar Rp450 per saham. Perseroan akan menerbitkan sebanyak 17.771.205.900 saham baru.Dengan demikian, Blibli berpotensi meraup dana sebesar Rp7,997 triliun.
Blibli merupakan anak perusahaan Group Djarum yang bergerak di sektor digital atau e-commerce. Sejak berdiri pada 2011, Blibli telah berkembang menjadi platform omnichannel.
Perusahaan juga telah melakukan ekspansi dengan mengakuisisi online travel agent (OTA) Tiket.com hingga pemilik Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC).
Saat ini, saham Blibli dimiliki PT Global Investama Andala sebesar 98,46%. Setelah IPO, porsi kepemilikan Global Investama terdilusi menjadi 83,69%. Pemegang saham publik 14,95% dan sisanya pemegang saham individu dengan kepemilikan di bawah 1%.
Adapun dana yang diperoleh dari penawaran umum saham perdana kali ini akan dialokasikan seluruhnya untuk keperluan pembayaran seluruh saldo utang fasilitas perbankan sekitar Rp5,5 triliun.
Sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan.
2. PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR)
PT Menthobi Karyatama Raya (MKTR) Tbk mematok harga IPO senilai Rp120 per saham. Menthobi melepas sebanyak 2,5 miliar saham dengan nilai nominal Rp 10 setiap saham, yang mewakili sebanyak sebesar 20,83% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebanyak Rp 300 miliar.
PT Menthobi Karyatama Raya (MKTR) Tbk merupakan perusahaan perkebunan yang berpusat di Jakarta. MKTR adalah bagian dari Maktour Group, perusahaan biro haji dan umroh di Indonesia yang dipimpin oleh Fuad Hasan Masyhur.
Saat ini, MKTR memiliki usaha di industri kelapa sawit dan mempunyai area perkebunan serta pabrik kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Melalui anak perusahaannya, MKTR mengelola perkebunan kelapa sawit sekitar 6.000 hektare dan pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton per jam.
- UOB Menangkan Banding Lawan Grup Lippo Soal Manipulasi Harga Apartemen di Singapura
- Depak Kelurga Riady dari 10 Besar Orang Terkaya Indonesia, Ini Bisnis Tanoko Brothers
- Pendiri Bank Panin Tanggapi Santai Isu Akuisisi oleh Investor Jepang
3. PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY)
PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk melepas sebanyaknya 302,2 juta lembar saham atau setara 2,28% dari modal ditempatkan dan disetor. Pengelola Rumah Sakit Primaya Hospital ini menetapkan harga final Rp900 per saham. Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup dana hingga Rp287,11 miliar.
Sebanyak 50% dana hasil IPO saham akan dialokasikan sebagai dana tambahan perolehan tanah untuk pembangunan rumah sakit di kota-kota besar di Pulau Sumatera dan Jawa.
Primaya merupakan grup rumah sakit swasta yang menargetkan segmen kelas menengah ke atas.
Grup Primaya didirikan pada tahun 1997 oleh Profesor Yos Effendi Susanto. Pada 2007, Perseroan bermitra dengan Rumah Sakit Awal Bros milik Arfan Awaloeddin. Pada 2011, perusahaan menyeragamkan nama rumah sakit yang didirikan dan/atau diakuisi menjadi Rumah Sakit Awal Bros.
Lima tahun kemudian, RS Awal Bros bekerja sama dengan perusahaan yang dimiliki pengusaha Sandiaga Uno yakni PT Saratoga Investama Tbk (SRTG).
Saat ini, Perseroan melalui Perusahaan Anak memiliki 15 rumah sakit yang telah beroperasi di wilayah Pangkalpinang, Depok, Bekasi, Tangerang, Jakarta, Karawang, Sukabumi, Semarang, Palangkaraya, dan Makassar.
Untuk ekspansi kegiatan usaha, perseroan berencana untuk melakukan pendirian rumah sakit baru dan/atau akuisisi rumah sakit, klinik, atau layanan kesehatan lainnya yang berpotensi baik dan dapat menciptakan sinergi dengan kegiatan usaha dan strategi Grup Primaya saat ini.
4. PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT)
PT Citra Borneo Utama (CBUT) mematok harga IPO Rp 690 per saham dengan melepas 625 juta saham atau 20,01% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sehingga, dana yang bakal diraih CBUT dari IPO senilai Rp 431,25 miliar.
Perseroan bergerak di bidang usaha industri hilirisasi kelapa sawit. Kegiatan usaha utama meliputi bidang industri pemurnian, pemisahan/fraksinasi dan perdagangan produk kelapa sawit dan turunannya yang berkualitas tinggi dengan pangsa pasar domestik dan luar negeri.
Perseroan memproduksi dan menjual produk turunan minyak sawit seperti Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), Olein, Stearin, Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Expeller (PKE).
Saat ini, Perseroan memiliki pabrik refinery dan fraksinasi dengan total kapasitas sebesar 2.500 ton CPO per hari atau 850.000 ton CPO per tahun dan total kapasitas sebesar 2.500 ton RBDPO per hari atau 850.000 MT RBDPO per tahun. Kemudian, pabrik kernel crushing dengan total kapasitas sebesar 600 MT kernel per jam atau 219.000 MT kernel per tahun.
Perseroan juga memiliki 1 tank farm untuk kebutuhan penyimpanan bahan baku dan hasil produk dari pabrik refinery dan fraksinasi. Seluruh pabrik dan tank farm berlokasi di Jalan ASDP arah Pelabuhan Roro, Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat.
5. PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK)
PT Wulandari Bangun Laksana Tbk melepas sebanyak 2,7 juta saham lewat IPO. Harga penawaran sebesar Rp 100 per saham. Target dana yang diperoleh dari hasil IPO ini sebesar Rp275 miliar.
Dana hasil IPO rencananya akan digunakan sekitar sebesar Rp100 miliar untuk pembelian tanah seluas sekitar 1,2 hektare di kota Balikpapan dan wilayah sekitarnya.
Perseroan saat ini memiliki kegiatan usaha utama sebagai Developer Real Estat yang dimiliki sendiri atau disewa, real estate atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak.
Perseroan merupakan anak usaha dari developer real estate Pintu Air Mas Group (PAM Group). Wulandari Bangun Laksana merupakan pengelola Balikpapan Superblock yang berdiri di atas tanah seluas 14 hektar kawasan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Proyek tersebut terdiri kondominium, apartemen, perkantoran juga pusat perbelanjaan. Secara rinci, proyek Superblock tersebut meliputi Apartement Ruby Tower, Grand Jatra Hotel, Astara Hotel, J-Icon Hip Hotel, Pentapolis Residence, Ewalk Mall, Pentacity Mall, dan Bina Bangsa School.
6. PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED)
PT Jayamas Medica Industri atau OneMed menawarkan 40,58 juta saham atau setara 15% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Perusahaan menetapkan harga final Rp 204 per saham. Dengan demikian, OMED mengincar dana dari IPO sebesar Rp 828 miliar - Rp 1,25 triliun.
PT Jayamas Medica Industri didirikan pada 15 Desember 2000 dan mulai beroperasi pada 2002. Kegiatan usaha utama yakni di bidang manufaktur alat kesehatan, alat kesehatan elektromedik, alat diagnostik, antiseptik dan disinfektan, dan perbekalan kesehatan rumah tangga lainnya.
Perseroan memiliki salah satu rangkaian alat dan perbekalan kesehatan terluas di Indonesia, menurut F&S, termasuk sejumlah besar produk baik yang diproduksi secara lokal maupun yang diimpor.
Portofolio produk Perseroan terdiri dari sekitar 3.200 SKU Aktif, termasuk merek pihak ketiga dan 72 merek terdaftar milik Perseroan per 31 Maret 2022.
OMED telah memenuhi berbagai kebutuhan perawatan kesehatan yang dibagi menjadi enam kategori, yaitu Produk Kesehatan Sekali Pakai dan Habis Pakai, Antiseptik dan Dialisis, Diagnostik dan Peralatan, Bioteknologi dan Laboratorium, Furnitur Rumah Sakit, dan Alat Bantu Jalan dan Perawatan Rehabilitasi.