6 Faktor yang Berpengaruh Besar untuk Industri Perbankan pada 2023
- Menurut Sunarso, preferensi investor terhadap produk jasa keuangan yang berbasis implementasi ESG akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran tata kelola dan bisnis perbankan ke depannya.
Industri
JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan soal adanya enam faktor yang berpengaruh besar terhadap industri perbankan Indonesia pada 2023.
Hal tersebut diungkapkan Sunarso dalam webinar Tren Perbankan di 2023 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, Selasa, 17 Januari 2023.
Faktor yang pertama adalah bonus demografi penduduk dalam negeri. Menurut Sunarso, segmen penduduk usia produktif masih akan meningkat.
Bonus demografi sendiri adalah keadaan yang lazim dialami oleh sebuah negara, dimana jumlah populasi penduduk dengan usia produktif lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif.
- Ramai Dugaan Peserta Curang Saat Tes Seleksi BUMN, Inilah 4 Alasan Mengapa Anda Perlu Menjadi Pekerja yang Jujur
- Ini 5 Penyebab Blog Kamu Masih Sepi Pengunjung
- Pada Awal 2023, Inilah Rekomendasi Saham-saham dari Sektor yang Prospektif Tahun Ini
Kemudian, faktor yang kedua adalah perubahan perilaku nasabah, yang mana saat ini frekuensi transaksi digital terus meningkat.
"Kita harus tetap memperhatikan perilaku nasabah bahwa transaksi pembayaran digital itu meningkat lebih dari 30%, sedangkan transaksi tunai turun," ujar Sunarso.
Sunarso melanjutkan, faktor yang ketiga adalah penerapan bisnis yang berorientasi pada nilai lingkungan, sosial, dan lingkungan (environmental, social, and governance/ESG).
Menurut Sunarso, preferensi investor terhadap produk jasa keuangan yang berbasis implementasi ESG akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran tata kelola dan bisnis perbankan ke depannya.
Faktor yang keempat berkaitan dengan suku bunga yang mendorong tekanan terhadap marjin bunga bersih (net interest margin/NIM).
Sunarso mengatakan, tren inflasi yang sudah berlangsung sejak 2022 telah direspon dengan kenaikan suku bunga dari bank sentral di berbagai belahan dunia.
Sementara itu, para pelaku perbankan, termasuk di BRI, tidak bisa begitu saja mendongkrak suku bunga kredit.
"Low interest rate environment ini masih berlanjut, dan tren penurunan credit yield ternyata berdampak pada NIM bank akan semakin tertekan. Di 2010 itu (NIM) sekitar 10%, kemudian di 2022 6%. Saya yakin ini akan tetap terus menekan kita," papar Sunarso.
- Produsen Sepatu di Banten PHK 1.600 Karyawan
- Mudah Sekali Cara Setting Proxy WhatsApp di Android dan iPhone untuk Bisa Chatting Tanpa Internet
- Viral di Twitter, Hati-hati Penipuan Berkedok Tawaran Pekerjaan Freelance Lewat WhatsApp dan Telegram
Faktor kelima yang akan berpengaruh terhadap tren perbankan adalah utiliasi data dan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan data analytic untuk mempercepat proses bisnis credit underwriting dan pemasaran.
Kedua hal tersebut dikatakan Sunarso dapat mempercepat proses bisnis dan meningkatkan produktivitas industri perbankan di dalam negeri.
"Faktor terakhir adalah kompetisi di fintech. Persaingan yang semakin ketat seiring dengan pemain-pemain nonbank seperti fintech, dan itu akan meramaikan industri jasa keuangan," ungkap Sunarso.