6 Fase Hubungan dalam Pernikahan
- Hubungan pernikahan tidak selamanya ada pada fase kegembiraan dan penuh cinta. Ahli mengatakan bahwa realitas pernikahan yang sebenarnya memiliki fase pasang surut dan naik turun. Perubahan pasti terjadi dan dialami oleh pasangan yang menikah.
Rumah & Keluarga
JAKARTA - Hubungan pernikahan tidak selamanya ada pada fase kegembiraan dan penuh cinta. Ahli mengatakan bahwa realitas pernikahan yang sebenarnya memiliki fase pasang surut dan naik turun. Perubahan pasti terjadi dan dialami oleh pasangan yang menikah.
Dengan ini, para ilmuwan telah merancang berbagai penilaian untuk mengetahui kondisi pernikahan atau hubungan jangka panjang saat ini. Salah satu alat tes yang digunakan adalah Skala Kepuasan Perkawinan.
Dikutip dari Psychology Today pada Senin, 6 November 2023, dari penelitian yang dilakukan menggunakan skala kepuasan perkawinan tersebut, peneliti kemudian menyimpulkan 6 tahapan evolusi pernikahan.
- OJK Dukung Perbankan Bisnis Paylater, 4 Bank Ini Telah Rilis Fitur Pinjaman Digital
- Hingga Oktober 2023, Fintech JULO Telah Salurkan Kredit Senilai Rp12,8 Triliun
- Tak Bisa Realisasikan Rencana Penyehatan Perusahaan, PBMT Ventura Syariah Dibekukan OJK
1. Hubungan Cinta
Pada tahap awal ini, masing-masing pasangan menemukan kegembiraan dalam memenuhi kebutuhan pasangannya. Ada harapan bahwa kebutuhan masing-masing pasangan akan terbalas dan pernikahan berfungsi untuk memperkuat rasa cinta dan perhatian ini.
Pasangan ini juga mampu memperdalam pemahaman mereka satu sama lain terlepas dari gangguan kehidupan sehari-hari.
2. Fase Bulan Madu Telah Berakhir
Pada tahap ini, dinamika berubah ketika salah satu pasangan gagal memenuhi ekspektasi pasangannya, sehingga menimbulkan kekecewaan dan rasa sakit.
Keyakinan akan tanggung jawab bersama atas kesejahteraan satu sama lain tetap ada, namun perilaku menjadi lebih manipulatif, dengan upaya untuk menyenangkan pasangan yang bertujuan memulihkan keadaan awal cinta seutuhnya.
Cinta dan perhatian tidak lagi tanpa syarat, dan pasangan terombang-ambing antara bersikap kritis dan merasa sakit hati atau kecewa ketika hubungan tidak mencapai kondisi yang ideal.
3. Membalas Dendam
Pada fase ini kekecewaan dan kebencian akan berubah menjadi kemarahan. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan yang ditandai dengan seringnya dilakukan tindakan pembalasan.
Argumen berpusat pada masalah kontrol, seperti uang, seks, atau waktu yang dihabiskan bersama. Dalam kasus yang ekstrim, perselingkuhan dapat terjadi sebagai cara untuk menyakiti pasangannya.
Perebutan kekuasaan mencerminkan reaksi terhadap harapan yang tidak terpenuhi akan cinta dan penerimaan tanpa syarat, dengan pasangan berusaha untuk mengendalikan satu sama lain melalui dinamika kekuasaan.
4. Bertahan
Pasangan yang lelah secara emosional dan menghadapi ancaman perpisahan, mengalihkan perhatian mereka ke aspek kehidupan lain daripada mengatasi konflik yang ada.
Meskipun cinta romantis semakin berkurang, komitmen terhadap pernikahan tetap ada, dan pasangan berfokus pada kepentingan bersama demi kepentingan keluarga, seperti membangun rumah, membesarkan anak, atau kemajuan pekerjaan.
Meskipun kepuasan dalam hubungan menurun, ada hubungan positif saat pasangan tersebut berkolaborasi.
5. Melakukan Urusan Masing-Masing
Pasangan mengakui harapan akan pihak lain memenuhi kebutuhan ketergantungan mereka. Kesadaran ini mendorong peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri ketika individu mencari kepuasan sendirian.
Pengejaran kebahagiaan beralih dari pasangan ke sumber eksternal, menandai fase kebangkitan kembali gairah tetapi juga pengakuan akan keterbatasan hubungan.
6. Tumbuh
Tahap terakhir ditandai dengan penerimaan terhadap realitas, dengan pergeseran fokus ke masa kini.
Individu dalam tahap ini mengembangkan kemandirian dan menyadari perlunya mempertahankan identitas emosional yang terpisah untuk hubungan yang matang.
Kesuksesan pada tahap ini mencakup penerimaan tanggung jawab atas kesenangan dan kesakitan serta peningkatan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, khususnya pasangan, secara lebih utuh.
Terakhir peneliti mengingatkan bahwa tidak ada jaminan setiap pasangan akan mengalami setiap tahapan tersebut. Bahkan tidak ada jaminan pula bahwa fase-fase dalam hubungan akan terjadi dalam urutan yang telah dituliskan di atas.