Nasional

6 Rafale Datang, Yunani Langsung Show of Force

  • Jet tempur buatan Prancis meraung di atas Acropolis Rabu 19 Januari 2022 saat Yunani berlomba untuk memodernisasi militernya dan memamerkan aliansi keamanan baru yang bertujuan untuk menyaingi negara tetangga Turki.
Nasional
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

ATHENA- Jet tempur buatan Prancis meraung di atas Acropolis Rabu 19 Januari 2022 saat Yunani berlomba untuk memodernisasi militernya dan memamerkan aliansi keamanan baru yang bertujuan untuk menyaingi negara tetangga Turki.

Enam jet Rafale yang dibeli dari angkatan udara Prancis terbang dalam formasi rendah di atas Athena sebelum penyerahan resmi mereka ke angkatan bersenjata Yunani di pangkalan udara terdekat.

Acara ini disiarkan langsung di televisi swasta dan pemerintah. Tampak jelas Yunani ingin memamerkan kekuatan barunya ini kepada Turki. Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis pada upacara tersebut mengatakan kedatangan pesawat Rafale ini menandakan peningkatan bagi negara tersebut baik secara operasional, teknologi dan geopolitik.

Enam pesawat tempur multiperan ini adalah pertama dari hasil kesepakatan pertahanan multi-miliar euro yang disegel oleh pemerintah Yunani dan Prancis tahun 2021 lalu. Yunani telah mengalokasikan hampir 2,5 miliar euro atau sekitar Rp41 triliun untuk membeli 18 jet Rafale. Dari jumlah tersebut 12 adalah bekas angkatan udara Prancis dan enam dibangun baru. Pengiriman jet buatan Dassault Prancis ini direncanakan selesai pada Januari 2025

Yunani juga berencana untuk mengakuisisi enam jet Rafale lagi dan menghabiskan tambahan 3 miliar euro atau sekitar Rp49 triliun untuk membeli tiga fregat baru buatan Prancis.

Selain 24 Rafale lama dan baru, Athena juga akan mengambil stok kapal perang, helikopter, dan 84 pesawat F-16 buatan Amerika.  Selain itu Yunani juga mengakuisi rudal udara ke udara Meteor. Belum cukup Yunani juga sedang mengjar akuisisi pesawat tempur siluman F-35.

Ketegangan atas klaim saingan atas cadangan gas lepas pantai di Aegea dan Mediterania timur membawa Yunani dan Turki ke ambang perang pada tahun 2020. Kesengsaraan ekonomi Ankara baru-baru ini, setelah krisis mata uang negara itu, juga telah menyebabkan kegelisahan di Athena.

Yunani dan Turki meski sama-sama sekutu NATO memiliki ketegangan lama terutama terkait perbatasan dan hak pengeboran minyak dan gas di Mediterania timur.

Turki dan Yunani meningkatkan patroli angkatan udara yang bersaing di Laut Aegea timur di sekitar pulau-pulau Yunani yang menghadap garis pantai Turki. Ketegangan di kawasan itu mendorong Athena untuk mempercepat program peningkatan militernya dan memperkuat hubungan pertahanan dengan sekutu Prancis dan Amerika Serikat.

Michael Tanchum, seorang peneliti senior di Institut Austria untuk Kebijakan dan Keamanan Eropa mengatakan Yunani juga telah mengembangkan kerja sama militer dengan Mesir, Israel, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Upaya Athena ini membuahkan hasil besar karena memberi Yunani kedalaman strategis yang sangat dibutuhkan.

Sementara IoannisMichaletos, dari Institut Analisis Keamanan dan Pertahanan mengatakan  kedatangan Rafale ini mereka menandai yang pertama dalam serangkaian kesepakatan pertahanan yang saat ini sedang berjalan. Menurutnya Yunani belum membeli senjata dalam jumlah seperti itu selama lebih dari satu dekade terakhir. Ini akan menjadi tahun yang sangat penting bagi kontraktor Eropa datang ke Athena untuk mencoba dan menyegel kesepakatan.

Michaletos menambahkan selain antagonisme abadi antara Yunani dan Turki, keduanya juga ingin meningkatkan peran mereka di NATO karena konsekuensi diplomatik dan politik.

Para pejabat Yunani mengatakan jet Rafale memiliki sistem elektronik dan senjata canggih yang akan memberikan keunggulan angkatan udaranya saat menghadapi militer Turki yang jauh lebih besar.

CEO Dassault Aviation Eric Trappier mengakui transfer ini masih merupakan masalah mengatasi konteks strategis di Mediterania. Dan dalam konteks ketegangan ini, Presiden Prancis (Emmanuel) Macron memutuskan untuk menunjukkan dukungan penuh kepada Yunani.

Trappier mengatakan pilot dan staf teknis Yunani telah menyelesaikan putaran pertama pelatihan di Prancis, yang berlangsung selama 10 bulan. 

Upaya modernisasi angkatan udara Turki sendiri mengalami kemunduran pada tahun 2019 ketika Amerika Serikat mengeluarkan Turki dari program F-35 karena pembelian sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia oleh Ankara. Turki juga masih harus menunggu izin Amerika untuk bisa membeli jet tempur F-16 baru dari Lockheed Martin. Sementara jet tempur generasi kelima yang dibangun di dalam negeri paling cepat baru akan meluncur pada 2025.