6 Strategi Pertamina Tingkatkan Kinerja 2021, dari Efisiensi hingga Akselerasi PLTS
Industri

6 Strategi Pertamina Tingkatkan Kinerja 2021, dari Efisiensi hingga Akselerasi PLTS

  • Pertamina terus melakukan langkah-langkah strategis untuk peningkatan pendapatan.

Industri

Reza Pahlevi

JAKARTA – Kinerja PT Pertamina (Persero) mulai membaik pada tahun ini, meski belum kembali ke kinerja sebelum pandemi. Pada semester I-2021 ini, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$183 juta atau Rp2,6 triliun, berbanding terbalik dari semester I-2020 yang rugi US$768 juta.

“Dengan upaya strategis dan terobosan manajemen di semua sektor bisnis, Pertamina berharap dapat melewati tahun kedua pandemi COVID-19 dengan kinerja yang tetap positif,” ujar Pjs Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman dalam siaran pers, Senin, 16 Agustus 2021.

Fajriyah mengatakan direksi dan komisaris Pertamina terus melakukan langkah-langkah strategis untuk peningkatan pendapatan dan juga efisiensi biaya di seluruh lini dalam menghadapi situasi yang penuh tantangan ini.

Untuk upaya peningkatan pendapatan, Pertamina berencana meningkatkan produksi dan lifting serta peningkatan monetisasi  gas di seluruh Wilayah Kerja (WK) sektor Hulu Migas. Ini termasuk Blok Rokan yang per 9 Agustus 2021 dikelola penuh oleh Pertamina.

Lalu, Pertamina juga akan mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baik di lingkungan Pertamina maupun pasar eksternal. Pembangunan ekosistem baterai melalui aktivasi swapping & charging EV Battery di SPKLU yang terintegrasi dengan SPBU juga dilakukan.

Selanjutnya, Pertamina juga mengakselerasi komersialisasi liquid nitrogen gas (LNG) dan optimalisasi infrastruktur Arun sebagai pusat distribusi di kawasan Asia. 

Pertamina juga melihat ada peluang tambahan pendapatan atas penyewaan kapal dan jasa logistik ke eksternal Pertamina untuk cargo LPG, BBM, serta Petrokimia.

Untuk program efisiensi biaya, Pertamina serius berkomitmen melakukan berbagai optimalisasi. Pertama, reformasi pola operasi supply chain crude, BBM dan LPG. Kedua, regionalisasi di Subholding Upstream dari tahap perencanaan sampai eksekusi untuk optimasi sharing resources.

Ketiga, fleksibilitas pengadaan crude untuk meningkatkan Gross Refining Margin. Keempat, perawatan preventif di seluruh kilang. Kelima, sentralisasi pengadaan. Keenam, penurunan kerugian dengan menerapkan digitalisasi.