7 Emiten Penguasa Tambang Emas, Mulai dari Antam hingga Archi
- Ketujuh emiten tersebut adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Medco Energi Tbk (MEDC), PT United Tractors (UNTR), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).
Korporasi
JAKARTA – Sepanjang semester I-2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi emas Indonesia mencapai 12,94 ton. Jumlah ini turun 12,15% dari catatan semester I-2020 yang sebesar 14,73 ton.
Produksi emas sebesar 12,94 ton itu juga berarti Indonesia baru memenuhi 40,85% dari target produksi emasnya tahun ini. Sebagai informasi, Indonesia menargetkan produksi emas tahun ini dapat mencapai 31,67 ton.
Indonesia memang tercatat memiliki tambang emas yang tersebar di seluruh wilayahnya. Satu yang paling dikenal tentu saja tambang emas Grasberg di Papua milik PT Freeport Indonesia yang kini sudah dikuasai oleh Indonesia.
- 6 Tambang Kakap Asing yang Kini Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi
- Atraksi Bank Jago Usai OJK Bikin Aturan Bank Digital, Termasuk Caplok BFIN?
- Usai Diubah OJK, Ini 4 Bank yang Mampu Masuk dalam KBMI IV
Selain itu, juga ada tambang-tambang emas lain meski produksinya tidak sebesar Freeport. Pemilik tambang-tambang emas ini pun juga tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten.
Dalam catatan TrenAsia.com, setidaknya ada tujuh emiten yang memiliki tambang emas di Indonesia.
Ketujuh emiten tersebut adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Medco Energi Tbk (MEDC), PT United Tractors (UNTR), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).
Berikut adalah daftar emiten serta tambang emas yang mereka miliki:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam merupakan bagian dari holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan Indonesia, Mining Industry Indonesia (MIND ID). Terbentuk sejak 1968, Antam tercatat memproduksi nikel, emas, perak, bauksit, dan alumina.
Untuk pertambangan emas, Antam memiliki dua tambang di Pongkor dan Cibaliung. Eksplorasi emas Antam utamanya dilaksanakan di Pongkor pada semester I-2021 di mana Antam memetakan geologi bawah permukaan, permodelan geologi, dan pengeboran.
Sepanjang semester I-2021, Antam mencatatkan total produksi emas dari kedua tambang mereka sebesar 719 kilogram (kg). Jumlah ini turun 14,9% jika dibandingkan dengan produksi emas periode yang sama tahun lalu sebesar 845 kg.
Meski produksi turun, penjualan emas Antam berhasil tumbuh 69% menjadi 13.341 kg sepanjang semester I-2021. Pada semester I-2020, Antam tercatat menjual emas sebesar 7.915 kg.
Hingga Selasa, 24 Agustus 2021, Antam baru melaporkan kinerja keuangannya hingga kuartal I-2021. Dalam periode tersebut, ANTM meraup laba bersih sebesar Rp630,37 miliar. Hal ini membuat ANTM berhasil keluar dari kerugian yang dialami pada kuartal I-2020 sebesar Rp281,84 miliar.
Perolehan laba ANTM sejalan dengan pertumbuhan pendapatan pada kuartal I-2021 yang mencapai 77,04% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan ANTM naik dari Rp5,20 triliun pada kuartal I-2020 menjadi Rp9,21 triliun pada kuartal I-2021.
2. PT Merdeka Copper Gold Tbk
Emiten tambang milik Sandiaga Uno dan Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), memiliki 3 tambang. Ketiga tambang tersebut adalah Tambang Emas Tujuh Bukit, Tambang Tembaga Wetar, dan Proyek Emas Pani.
Tambang Tujuh Bukit dikelola oleh anak usaha MDKA, PT Bumi Suksesindo. Sementara, Tamabg Wetar dikelola oleh PT Batutua Kharisma Permai dan Proyek Emas Pani dikelola oleh PT Puncak Emas Tani Sejahtera.
Pada tahun ini, MDKA menargetkan dapat memproduksi emas sebesar 100.000-120.000 ons emas, turun dari target 2020 yang sebesar 175.000 ons.
Hingga Selasa, 24 Agustus 2021, MDKA juga baru melaporkan kinerja keuangannya hingga kuartal I-2021. Perusahaan mencatat rugi bersih sebesar US$4,9 juta atau setara Rp71 miliar (asumsi kurs Rp14.492 per dolar Amerika Serikat) sepanjang tiga bulan pertama 2021.
Catatan ini berbanding terbalik dengan kuartal I-2020 yang mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp215,9 miliar.
Hal sama juga terjadi pada pendapatan perseroan yang turun hingga 33,1% year-on-year (yoy). Pada periode ini, nilainya turun menjadi Rp673,8 milar, dari Rp1,5 triliun per kuartal I-2020.
Dalam laporan keuangan yang dirilis di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 19 Mei 2021, turunnya pendapatan ini disebabkan oleh merosotnya penjualan emas, perak, dan tembaga katoda pada pihak ketiga.
Untuk ekspor, penjualan produk tersebut tercatat US$40 juta, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$108 juta. Di sisi lain, penjualan domestk masih lebih tinggi, yakni dari US$1 juta menjadi US$5,9 juta.
3. PT Medco Energi Tbk (MEDC)
Emiten migas milik konglomerat Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), juga tercatat memiliki tambang emas di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). MEDC mengambil alih tambang ini dari perusahaan emas asal AS, Newmont, pada 2016 lalu.
Saat itu, MEDC melakukan transaksi akuisisi 50% saham PT Amman Mineral Investama yang memiliki 82,2% saham di NNT. Akusisi tersebut pun membuat NNT berubah nama jadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Berdasarkan situs resminya, usia tambang Batu Hijau diperkirakan hanya berlanjut sampai 2023 dengan tingkat produksi saat ini. Meski begitu, AMNT juga mengeksplorasi bagian-bagian lain di wilayah izin usaha pertambangan khusus (IUPK) seperti prospek eksplorasi Elang.
Elang memiliki sumber daya 12,95 juta pon tembaga, 19,7 juta ons emas dengan potensi untuk menghasilkan 300-430 juta pon tembaga dan 0,35-0,60 juta ons emas per tahun.
Pada kuartal I-2021, MEDC mencatat laba bersih sebesar US$5,1 juta atau sekitar Rp73,7 miliar. laba bersih itu didapat dari operasi minyak dan gas serta dukungan anak perusahaan AMNT yang menghasilkan pendapatan positif.
4. PT United Tractors Tbk (UNTR)
PT United Tractors Tbk (UNTR) merupakan perusahaan di bawah Grup Astra yang bergerak di berbagai bidang, mulai dari konstruksi hingga pertambangan. UNTR tercatat memiliki Tambang Emas Martabe yang berada di Sumatra Utara.
Anak usaha UNTR, PT Agincourt Resources, menjadi entitas yang mengelola tambang tersebut. Sampai dengan bulan Juni 2021, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 176.000 ons pada semester I-2021.
Angka tersebut turun 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebanyak 186.000 ons. Namun, pendapatan bersih naik 7% dari Rp4 triliun menjadi sebesar Rp4,3 triliun karena meningkatnya rata-rata harga jual untuk emas.
Pendapatan dari pertambangan emas tersebut tercatat berkontribusi 12% terhadap total pendapatan. Secara konsolidasian, UNTR mengantongi pendapatan bersih sebanyak Rp37,3 triliun. Jumlah ini naik sekitar 12% year-on-year (yoy) dari Rp33,2 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Seiring dengan peningkatan pendapatan bersih, laba bersih perseroan pada semester I-2021 turut meningkat 11% yoy menjadi Rp4,5 triliun dari sebelumnya Rp4,1 triliun. Hal ini diikuti oleh naiknya laba per saham UNTR secara tahunan dari Rp1.089 menjadi Rp1.211.
5. PT J Resources Asia Pasifik (PSAB)
PT J Resources Asia Pasifik (PSAB) merupakan perusahaan pertambangan yang berinvestasi dan mengelola pertambangan emas di wilayah Australasia. Di Indonesia, PSAB memiliki tambang emas di Bolaang Mangondow, Sulawesi Utara seluas 38.150 hektare.
PSAB juga tengah mengawal proyek pengembangan tambang emas Doup di daerah tersebut. Tambang Doup rencananya akan mulai commissioning pada kuartal IV-2021 ini.
Tambang emas Doup diproyeksikan memiliki skala produksi 50.000-80.000 ons emas per tahun dengan masa hidup tambang selama 10-15 tahun terhitung sejak commissioning. Tambang emas ini juga ditaksir memiliki total nilai investasi sekitar US$136 juta.
Sepanjang kuartal I-2021, PSAB mencatat penjualan sebesar US$88,9 juta. Jumlah ini lebih besar dari catatan periode yang sama tahun lalu sebesar US$61,84 juta.
Meski mencatatkan peningkatan pendapatan, PSAB justru rugi pada tiga bulan pertama 2021. PSAB mencatat rugi bersih sebesar US$373.380, berbanding terbalik ketika mencatat laba US$1,33 juta pada periode yang sama tahun lalu.
6. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
Emiten pertambangan mineral Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), tercatat memiliki dua tambang emas. Kedua tambang emas itu terletak di Palu dan Gorontalo.
Tambang emas BRMS di Palu dikelola oleh PT Citra Palu Minerals (CPM) dengan kepemilikan saham di perusahaan tersebut sebesar 96,97%. CPM memiliki kontrak kerja menggarap konsesi tambang seluas 85.180 hektare.
Lalu, tambang emas di Gorontalo dikelola oleh PT Gorontalo Minerals (GM) di mana BRMS memiliki 80% kepemilikan sementara sisa 20% dimiliki ANTM. GM memiliki kontrak kerja menggarap konsesi tambang di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo seluas 24.995 hektare.
Pada kuartal I-2021, pendapatan BRMS tercatat susut susut 3,48% year-on-year (yoy) menjadi US$1,04 miliar atau setara Rp15,07 triliun (kurs Rp14.492 per dolar AS) pada kuartal pertama tahun ini dari US$1,08 miliar atau sekitar Rp15,65 triliun per 31 Maret 2020.
Sementara itu, beban pokok pendapatan ikut turun 11,67% secara tahunan dari US$949,2 juta menjadi US$838,4 juta. Sedangkan beban usaha tidak mengalami banyak perubahan dengan nilai US$55,6 juta pada triwulan pertama tahun ini.
Dengan catatan tersebut, perseroan sukses meraup laba bersih US$25,1 juta atau setara Rp363,75 miliar pada kuartal I-2021. Angka ini berbanding terbalik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana BUMI tercatat rugi US$17,2 juta atau sekitar Rp249,26 miliar.
7. PT Archi Indonesia Tbk (ARCI)
Emiten tambang emas di bawah grup Rajawali Corpora milik Peter Sondakh, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), memiliki tambang emas Toka Tindung yang terletak di Sulawesi Utara. Tambang ini dikelola oleh dua anak ARCI, PT Meares Soputan Mining (PT MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (PT TTN).
Tambang tersebut pertama kali beroperasi pada 2011 dan sudah memproduksi lebih dari 6,2 ton emas per tahunnya sejak 2016. Tambang emas ini juga tercatat memiliki cadangan 3,9 juta ons dengan daerah yang sudah dieksplorasi dan ditambang baru mencapai 10%.
Pada 2021 ini, ARCI diharapkan dapat mencapai produksi emas sebesar 220-230 kilo ons. Ini mencerminkan pertumbuhan produksi emas sebesar 5-10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
ARCI menemukan kadar bijih emas yang tinggi dari hasil pengeboran di lokasi cadangan emas Bima di Koridor Barat. Perusahaan percaya ini nantinya memberikan tambahan potensi cadangan emas baru bagi Archi pada masa mendatang.
Pada semester I-2021, ARCI tercatat meraih pendapatan konsolidasian US$142,4 juta atau Rp2,06 triliun (dengan kurs Rp14.492 per dolar Amerika Serikat). Angka ini naik sebesar 9% dari pendapatan ARCI pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$130,1 juta atau Rp1,89 triliun.
Harga emas yang lebih tinggi dibandingkan semester I-2020 menjadi alasan dibalik meningkatnya pendapatan ARCI. Tercatat, kenaikan harga rata-rata penjualan emas memang naik menjadi US$1.802 per ons dari sebelumnya US$1.656 per ons.
laba bersih pun melonjak 24% menjadi US$32,6 juta atau Rp472,44 miliar pada semester I-2021. Jumlah ini lebih besar dari laba bersih periode yang sama tahun lalu sebesar US$26,2 juta atau Rp379,69 miliar.
Sepanjang semester I-2021 ini, ARCI memproses 1,75 juta ons bijih emas. Jumlah ini meningkat 3% dibandingkan dengan 1,70 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.