Poster pertemuan tokoh bangsa bertajuk Majelis Permusyawaratan Rembang.
Nasional

7 Poin Pertemuan Tokoh Bangsa di Rumah Gus Mus

  • Sejumlah tokoh bangsa lintas agama berkumpul di kediaman KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di Rembang, Minggu, 12 November 2023. Mereka kompak angkat bicara mengenai kondisi politik nasional dan demokrasi yang belakangan dinilai mengkhawatirkan.
Nasional
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA--Sejumlah tokoh bangsa lintas agama berkumpul di kediaman KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di Rembang, Minggu, 12 November 2023. Mereka kompak angkat bicara mengenai kondisi politik nasional dan demokrasi yang belakangan dinilai mengkhawatirkan. 

Hal itu tak lepas dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memutus aturan soal syarat capres dan capres sehingga memguntungkan salah satu calon tertentu. Sejumlah tokoh yang hadir di antaranya Goenawan Mohamad, Erry Riyana Hardjapamekas, Romo Beny Susetyo, Lukman Hakim Saifuddin, Omi Komaria Madjid, dan Nong Darol Mahmada. 

Berikut poin-poin dalam pertemuan yang dinamai Majelis Permusyawaratan Rembang  tersebut. 

Krisis Kepercayaan

Goenawan Mohamad dalam konferensi pers usai pertemuan mengatakan kehadirannya dan tokoh lain ke rumah Gus Mus menjadi wadah untuk menularkan semangat. Sehingga, ada lagi kepercayaan kepada sesama di Indonesia. 

“Sebab, zaman sekarang kepercayaan kepada sesama sangat tipis. Banyak sekali kebohongan yang diucapkan presiden dan orang-orang lain,” ujar Goenawan. 

Suara Mudah Dibeli

Para tokoh turut prihatin karena saat ini semua hal seakan mudah dibeli. Hal itu mulai dari suara hingga kedudukan sebuah jabatan. “Yang ikhas sudah mengalami erosi berat di NKRI,” lanjut Goenawan. 

Dia menyebut pertemuan para tokoh untuk mencegah dampak negatif atas hilangnya kepercayaan masyarakat. “Sehingga bangsa bisa menempuh perjalanan lebih lama,” ujarnya. 

Soroti Putusan MK

Putusan MK di bawah Anwar Usman yang memberi jalan keponakannya Gibran Rakabuming Raka untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024 turut disorot dalam pertemuan tersebut. 

Goenawan mengkhawatirkan kondisi menjelang Pilpres yang dia anggap semakin mencemaskan. “Ini karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar,” kata dia.  

Reformasi Dikhianati

Istri budayawan Nurcholish Madjid, Omi Komaria Madjid, merasa sedih dan marah karena KKN justru semakin menggurita usai Reformasi 1998. Dia menilai perjuangan rakyat untuk menggapai reformasi telah dikhianati. 

“Negara malah diselewengkan jauh sebagai ajang KKN. Sangat memprihatinkan, bahkan nepotisme kekuasaan Anda lihat sendiri ditunjukkan, dipertontonkan terbuka tanpa rasa malu sama sekali,” ujarnya.

Omi mengaku sempat menangis saat curhat ke Gus Mus soal kondisi bangsa saat ini. “Kita haji ngantri-ngantri, umrah selalu penuh, gereja juga penuh. Ke mana ini, ada apa ini hati nurani pemimpin kita itu?” kata Omi.

Lukai Masyarakat 

Koordinator pertemuan Alif Iman Nurlambang mengatakan sejumlah tokoh bersilaturahmi ke kediaman Gus Mus untuk membahas kondisi bangsa usai putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi. 

“Demokrasi Indonesia diayun-ayun, kekuasaan terpusat di eksekutif. Kemudian sebagaimana yang ditemukan MKMK, ada intervensi dari eksekutif ke yudikatif,” ujar wartawan senior itu. 

Pihaknya khawatir sederet keputusan janggal belakangan ini bisa membuat Pemilu 2024 terancam memicu konflik dan pelanggaran terhadap demokrasi yang melukai rakyat. 

Masih Berharap Ada Titik Terang 

Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Erry Riyana masih berharap Indonesia bisa kembali ke titik terang. Dia yakin tak semua penyelenggara negara melanggar prinsip moral dan demokrasi. 

“Sebagian besar penyelenggara negara masih punya hati nurani. Yang enggak hanya sebagian kecil saja, yang kebetulan memegang kekuasaan,” kata dia.

Pegang Teguh Etika dan Moral

Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin turut mengingatkan pejabat maupun masyarakat untuk selalu memegang teguh nilai-nilai luhur, etika dan moral saat beraktivitas di semua aspek kehidupan. “Jadikan itu panduan hidup kita,” ujarnya.