Presiden Jokowi meninjau pengolahan bijih nikel di Pabrik Smelter, Konawe, Sultra, Senin, 27 Desember 2021
Industri

7 Proyek Smelter yang Selesai pada 2022

  • Tahun ini, akan ada tambahan 17 smelter untuk memenuhi kebutuhan pengolahan dalam negeri

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sebanyak 7 proyek fasilitas pengolahan mineral atau smelter telah selesai pada 2022.

Ketujuh smelter tersbeut adalah PT Aneka Tambang di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, PT Vale Indonesia di Sulawesi Selatan, PT Wanatiara Persada di Maluku Utara. Kemudian, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Weda Bay Nickel di Maluku, PT ANTAM (proyek P3FH) di Maluku Utara, dan PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kalimantan Selatan.

Tahun ini, akan ada tambahan 17 smelter untuk memenuhi kebutuhan pengolahan dalam negeri. Total, pemerintah menargetkan pembangunan 53 smelter hingga 2024.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, berikut ini adalah 7 smelter di Indonesia yang sudah selesai dibangun pada 2022: 

1. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), Sulawesi Tenggara

Melalui unit produksinya di Sulawesi Tenggara, Antam mengoperasikan tiga tambang dan pabrik pengolahan feronikel (feni) di Pomalaa.  Antam telah memulai penambangan fero nikel sejak 5 Juli 1968. 

Kapasitas produksi nikel di tambang ini mencapai 6000 Tni/A (Ton Nikel per tahun). Hasil produksi baik berupa ore (tanah mengandung nikel) maupun nikel itu sendiri diekspor ke Jepang, China dan Eropa.

2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Sulawesi Selatan

Vale Indonesia menggarap tiga proyek besar dengan total investasi sebesar US$ 9 miliar atau sekitar Rp134,3 triliun. Tiga proyek tersebut di antaranya proyek Sorowako Limonite senilai US$2 miliar, proyek Bahodopi senilai US$2,5 miliar, dan proyek Pomalaa senilai US$4,5 miliar.

3. PT Wanatiara Persada, Maluku Utara 

Smelter yang terletak di Pulau Obi, Maluku Utara tersebut memiliki kapasitas 260 ribu ton feronikel, dengan kandungan nikel kira kira 15%. Smelter ini dimiliki secara patungan oleh Wanatiara dengan perusahaan asal Tiongkok. 

Wanatiara memegang porsi kepemilikan 40%, sedangkan perusahaan asal Tiongkok 60%. Nilai investasi untuk pembangunan smelter ini sebesar US$600 juta.

4. PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara

5. PT Weda Bay Nickel, Maluku

Weda Bay Nickel memiliki pabrik pengolahan nikel dengan kapasitas 30.000 ton Ni per tahun.

6. PT ANTAM (proyek P3FH), Maluku Utara

Pabrik feronikel Halmahera Timur, Maluku Utara ini, kata Yulan, memiliki kapasitas 13.500 ton feronikel (FeNi) per tahun. Jika pembangunan pabrik ini selesai, maka ini akan menambah portofolio kapasitas tahunan feronikel Antam menjadi total 40.500 ton nikel.

7. PT Sebuku Iron Lateritic Ores, Kalimantan Selatan

PT Sebuku Iron Lateritic Ores merupakan perusahaan tambang bijih besi di pulau Sebuku, Kalimantan Selatan. Wilayah tambangnya dibagi tiga: utara, tengah, dan selatan. 

Di kawasan utara dan tengah, diperkirakan terdapat sumber daya bijih besi sekitar 400 juta ton. Di wilayah selatan, terdapat sekitar 100 juta ton yang belum di eksplorasi, di atas lahan 9.900 ha.