Ilustrasi bank digital di Indonesia. Infografis: Deva Satria/TrenAsia
Industri

7 Tren Bank Digital di 2023

  • Menurutnya, banyak faktor mendorong maraknya bank digital atau digital bank only (neobank) di Indonesia. Mulai dari pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020, jumlah penduduk Indonesia yang besar, negara kepulauan yang membuat sulitnya bank penetrasi lewat kantor cabang fisik hingga misi pemerintah memajukan ekonomi digital itu sendiri.
Industri
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA -Akan ada 7 tren yang marak terjadi di bank digital sepanjang tahun 2023 ini, berdasarkan perkiraan Presiden Direktur PT Bank Seabank Indonesia Sasmaya Tuhuleley.

Menurutnya, banyak faktor mendorong maraknya bank digital atau digital bank only (neobank) di Indonesia. Mulai dari pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020, jumlah penduduk Indonesia yang besar, negara kepulauan yang membuat sulitnya bank penetrasi lewat kantor cabang fisik hingga misi pemerintah memajukan ekonomi digital itu sendiri.

Untuk itu bank digital hadir untuk mengisi ceruk pasar ini, yakni kelompok unserved dan under served , yakni mereka yang belum memiliki rekening tabungan di bank dan yang sudah memiliki rekening namun tidak memiliki akses terhadap produk bank selain tabungan.

“Itulah yang membedakan kami dengan bank tardisional. Pertama model dan proses bisnis di mana kami menghindari kantor fisik maupun interaksi fisik dengan petugas bank. Kedua infrastruktur yang juga berbeda,” kata Sasmaya dalam sebuah webinar baru-baru ini, dikutip Jumat, 27 Januari 2023.

Perbedaan infrastruktur pada bank digital nampak dari penggunaan teknologi yang sifatnya end to end mulai dari data center, core banking, aplikasi dan teknologi pendukung lainya yang serba digital. Bisa dibilang, teknologi menjadi enabler utama untuk membantu setiap proses bisnis, layanan maupun keamanan. 

Misalnya untuk layanan deposito menggunakan aplikasi digital. Untuk mengelola keamanan menggunakan facial verification, token ataupun metode biometric lainnya. Untuk layanan pinjaman yang bersifat kolaboratif dengan ekosistem lain, menggunakan API. Untuk mengelola risiko dan underwriting menggunakan big data dan machine learning demi bisa mempelajari perilaku nasabah.

Lalu apa saja tren yang akan terjadi di bank digital. Berikut rangkuman TrenAsia.com

1. Makin marak inovasi produk bank yang sepenuhnya digital secara end to end

2. Pengembangan aplikasi (teknologi, layanan, fitur) baru yang lebih customer centric

Hal ini dilakukan guna memenuhi ekspektasi nasabah yang menginginkan pengalaman pelanggan yang optimal dan memuaskan.

3. Paylater atau BNPL akan makin popular

Survey DS Innovate menunjukkan paylater menjadi produk terbanyak kedua yang dipakai di Indonesia pada 2020 lalu. Di Amerika Serikat sendiri, paylater digunakan oleh 56% orang dewasa pada tahun 2021. Di India, pangsa pasar industri BNPL diperkirakan akan mencapai angka US$45-50 miliar pada 2026 mendatang.

Menariknya, menurut survey internal SeaBank, nasabah mereka tidak merasa terbebani dengan BNPL yang memicu biaya termin tinggi lantaran konsumen harus membayar bunga. Bunga dipersepsikan oleh nasabah sebagai service fee saat mereka membeli satu produk di e-commerce. 

Service fee ini setara atau bahkan lebih rendah dari biaya sewa listrik, sewa gedung, tenaga kerja, perantara dari pabrik ke ritel yang dibebankan oleh merchant atau penjual yang memiliki toko fisik.

“Manfaat untuk merchant sendiri katakanlah penjual roti misalnya, ia bisa mendapatkan modal kerja untuk membeli bahan baku seperti gula, mentega dan tepung terigu yang tidak mungkin ia dapatkan dari pinjaman bank karena nilainya misalnya hanya Rp1-2 juta. Hasil penjualannya bisa digunakan untuk melunasi paylater,” tambah Sasmaya.

4. Bank digital dengan kapasitas big data dan manajemen risiko yang baik akan melakukan direct lending ke masyarakat

Bank digital yang sudah siap dalam hal risk management, seperti memiliki big data sendiri dan memiliki machine learning sendiri akan mulai melakukan pinjaman ke masyarakat.

5. QRIS sebagai alternatif pembayaran akan semakin dipakai masyarakat

Masyarakat akan semakin nyaman dan rajin menggunakan QR seperti QRIS sebagai alternatif kartu debit dalam melakukan pembayaran di titik atau sektor ritel.

6. Makin marak kerjasama bank digital dengan outlet ritel 

Bank digital akan semakin gencar melakukan kerja sama dengan outlet ritel seperti mini market atau bank penyedia ATM untuk melakukan proses setor dan tarik tunai. Hal ini mengingat masyarakat Indonesia sebagian besar masih cash society sehingga bank digital yang tidak memiliki kantor cabang otomatis membutuhkan kerja sama serupa.

7. Makin banyak bank digital baru bermunculan terutama sebagai hasil transformasi dari bank non digital

Selain menciptakan dedicated neobank, bank tradisional yang sudah established  juga akan melakukan digitalisasi secara masif walaupun pendekatan kantor cabang fisik tetap akan dilakukan. Hal ini sebagai bagian upaya mereka dalam meningkatkan user experience dan efisiensi.