ilustrasi kapal petikemas
Industri

7 UKM Binaan Kemendag Ekspor Perdana ke 9 Negara Senilai Rp2,14 Miliar

  • Sebanyak tujuh pelaku UKM peserta program pendampingan ekspor Kementerian Perdagangan berhasil melakukan ekspor perdana ke 9 negara dengan total Rp2,14 miliar.
Industri
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Sebanyak tujuh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) peserta program pendampingan ekspor (Export Coaching Program) Kementerian Perdagangan berhasil melakukan ekspor perdana ke sembilan negara dengan total US$70.273 dan 69.000 Euro atau setara Rp2,14 miliar.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi mengatakan, ketujuh UKM tersebut berasal dari Sulawesi Selatan dan Yogyakarta dengan produk industri kerajinan, kayu dan produk kayu, serta makanan dan minuman.

Pelaku UKM dari Sulawesi Selatan yakni PT Bumi Runut Bersama dengan produk serat kelapa sebanyak satu kontainer senilai US$5.135 ke Tiongkok, CV Sumber Pangan Nusantara dengan produk bahan makanan sebanyak satu kontainer senilai US$7.230 ke Malaysia, serta CV LARS dengan produk rumput laut senilai US$1.764 ke Taiwan.

Sedangkan UKM dari Yogyakarta, yakni CV Ride One Gallery dengan produk cermin antik ke Prancis senilai USD$24.600 dan produk kerajinan kaca ke Belgia senilai US$11.791, CV Solobeat dengan produk stik drum sebanyak 1.000 pasang ke Ghana senilai US$4.000 dan 200 pasang ke Kolombia senilai US$1.200.

Kemudian, PT Bumicharya Utama Luhur dengan produk lantai jati ke Italia senilai 69.000 Euro, serta PT Serena Sejahtera dengan produk salak sebanyak 6.500 kg ke Kamboja senilai US$14.553.

Didi menyampaikan, capaian ini merupakan hasil kerja sama Kemendag dan Dinas yang membidangi perdagangan di Provinsi Sulawesi Selatan dan Yogyakarta. Capaian ini juga merupakan hasil keja keras dan komitmen kuat pelaku UKM peserta ECP.

"Keberhasilan pelaku UKM ini cukup membanggakan di tengah kendala logistik kelangkaan kontainer ekspor selama pandemi Covid-19. Kemendag terus  mendampingi, membantu, mendorong, serta memfasilitasi para pelaku usaha potensial dalam meningkatkan kesiapan ekspor untuk mendukung ekspor nasional," katanya dalam keterangan resmi dikutip Kamis, 30 September 2021.

Dia mengungkapkan capaian ini melanjutkan keberhasilan UKM peserta ECP klaster sebelumnya yang telah berhasil melakukan ekspor perdana ke beberapa negara.

Beberapa pelaku UKM program ECP tersebut antara lain berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Aceh, dan Banten.

Pelaku UKM sudah berhasil melakukan ekspor dengan produk serat kapuk, arang kelapa, kelapa, alas kaki, kerajinan kaca, tas kerajinan aceh, bubuk kelapa, damar batu, produk kaca, serta interior dari batu alam, dengan negara tujuan India, Rusia, Vietnam, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Argentina, Angola, dan Belanda.

Masih Terkendala

Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Heryono Hadi Prasetyo menambahkan, terdapat beberapa kendala yang sering dihadapi pelaku usaha dalam melakukan ekspor perdana.

Kendala tersebut di antaranya adalah keterbatasan kapasitas produksi, sumber daya manusia, pemahaman mengenai persyaratan, dan strategi promosi.

"Kendala lainnya yakni terdapat keterbatasan pengetahuan tentang regulasi ekspor, baik di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor. Untuk itu, melalui ECP peserta diharapkan dapat menambah wawasan mengenai cara mengatasi berbagai kendala yang dihadapi untuk menjadi eksportir yang tangguh," katanya.

Heryono mengungkapkan, dari delapan tahapan ECP, untuk Sulawesi Selatan dan DI Yogyakarta akan memasuki tahap ketiga yaitu Pendampingan Market Development.

PPEI bersama para pengajar dan tim dari Dinas Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Daerah Istimewa Yogyakarta berkomitmen untuk memotivasi dan mendampingi peserta agar berhasil menembus pasar ekspor.

Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kemauan pelaku UKM dalam mengikuti proses pendampingan dan berkonsultasi dengan pengajar untuk hal-hal yang bersifat teknis dalam persiapan ekspor, seperti kelengkapan dokumen dan proses pengiriman.

Heryono melanjutkan, meskipun program ECP masih belum selesai, ketujuh pelaku UKM asal Yogyakarta dan Sulawesi Selatan telah berhasil melaksanakan kegiatan ekspor.

Pelaku UKM juga kan melakukan kegiatan ekspor berkala meski di tengah kondisi ketidakpastian global akibat pandemi.

"Peserta ECP diberikan pendampingan mengenai kesiapan dokumen ekspor, hal-hal yang perlu dipersiapkan saat negosiasi dengan calon buyer, pengetahuan tentang kepabeanan dan pengiriman barang ekspor, kalkulasi harga ekspor, dan sistem pembayaran ekspor. Diharapkan dengan program ini, semakin banyak UKM yang berhasil melakukan ekspor," tutup Heryono.*