70.000 Ton Beras Impor Siap Banjiri Sulselbar
- Beras impor tersebut direncanakan akan tiba di Sulawesi Selatan pada November mendatang.
Nasional
MAKASSAR - Beras impor untuk Sulselbar akan mengalami penambahan jumlah impor. Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sulselbar M Imron Rosidi menyebutkan beras impor untuk daerahnya bertambah, dari sebelumnya hanya 40.000 ton, kini menjadi 70.000 ton.
Beras impor tersebut direncanakan akan tiba di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada November mendatang. Namun, Imron mengaku belum mengetahui asal negara untuk impor tambahan 30.000 ton beras tersebut.
"Ada 70.000 ton, 40.000 ton itu dari Thailand dan 30.000 itu kami belum tahu. Sebanyak 40.000 ton itu awal November datang bertahap, yang 30.000 ton lagi, bisa di 2024," ujar Imron pada Kamis, 19 Oktober 2023 di Makassar.
Beras impor tersebut akan tiba secara bertahap, yakni 12.500 ton sebanyak dua kali, lalu masing-masing 7.500 ton sebanyak dua kali pula.
- Bali Berstatus Siaga Darurat Kekeringan Hingga 14 Hari ke Depan
- Buntut Tindak Keras Aksi Password Sharing, Pelanggan Baru Netflix Melonjak 8,76 Juta Hingga Kuartal III
- BI Naikkan Suku Bunga Jadi 6 Persen
Imron menyebutkan impor beras yang terjadi di Sulsel telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Impor beras tersebut termasuk dalam upaya mendukung berbagai program pemerintah, seperti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) maupun bantuan sosial lainnya.
Selain itu, El Nino juga tidak dipungkiri sebagai salah satu penyebab rendahnya serapan gabah di tingkat petani. Hal ini disebabkan oleh kekeringan ekstrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino, yang mengakibatkan gagal panen oleh sejumlah pertanian padi akibat kekurangan air.
"Ada pula hama tanaman, peristiwa El Nino juga, sehingga tidak seimbang supply and demand. Hasilnya, harga naik. Apalagi Sulsel itu menjadi daerah yang paling terakhir panen, sehingga diserbu oleh daerah yang kekurangan stok beras," ujar Imron pula.
Harga gabah kering yang tinggi di tingkat penggilingan berimbas pada berhentinya Perum Bulog melakukan penyerapan terhadap hasil pertanian petani.
"Saya baru serap 85.000 ton. Padahal mestinya bisa diserap di atas itu. Kendalanya mahal," sebut Imron.
Bulog sendiri memiliki kemampuan untuk membeli Gabah Kering Panen (GKP) hingga maksimal Rp6.300 per kilogram, sedangkan harga di tingkat petani berada di atas Rp7.000 per kilogram. Kenaikan harga gabah ini tentu akan berdampak pada kenaikan harga beras. Saat ini, harga beras telah melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yaitu mencapai batas maksimum sebesar Rp9.950 per kilogram, sementara harga di pasaran telah mencapai Rp12.000 per kilogram.
Imron mengakui bahwa kenaikan harga beras akan memberikan keuntungan kepada para petani sebagai produsen beras. Namun, ia juga mencatat bahwa perlu mempertimbangkan dampaknya pada konsumen.
"Di tengah-tengah itulah Bulog ada. Produsen untung, dan konsumennya jangan sampai konsumen tidak bisa beli. Kalau tidak bisa beli, maka otomatis harga beras turun lagi," tutup Imron.