Ilustrasi media sosial
Nasional

77 Persen Populasi Indonesia Gunakan Internet, Potensi Konflik Akibat Medsos Besar

  • Penggunaan internet yang meluas, terutama melalui platform media sosial, telah membuka pintu bagi penyebaran informasi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Nasional
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

JAKARTA - Pada tahun 2023, Indonesia mencatatkan 212,9 juta pengguna internet dari total populasi 276,4 juta penduduk,Angka ini mengindikasikan bahwa sekitar 77% dari populasi Indonesia telah menggunakan internet, menempatkannya di posisi yang cukup tinggi dalam penetrasi internet di tingkat nasional.

Dilansir ui.ac.id, Kamis, 21 Desember 2023, menurut data dari We Are Social.Secara global, dari total 8,01 miliar penduduk dunia, 5,16 miliar atau lebih dari 64,4% sudah menjadi pengguna internet. Data diatas menunjukan presentase pengguna internet di Indonesia lebih tinggi daripada rata-rata dunia. 

Guru besar Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI), Professor Indra memperingatkan bahwa konflik di dunia maya dapat berkembang menjadi masalah nyata, seperti konflik sosial atau bahkan kekerasan fisik. 

Era di mana internet dan media sosial memainkan peran yang semakin dominan dalam kehidupan sehari-hari, konflik yang dimulai secara online dapat dengan cepat merambat dan mempengaruhi situasi di dunia nyata.

Konflik yang bermula di ruang maya, seperti perdebatan yang intens, ujaran kebencian, atau penyebaran informasi yang salah, bisa merembet ke dunia nyata dengan cepat.

Peningkatan yang cukup pesat penggunaan internet di Indonesia dapat menunjukkan pertumbuhan teknologi yang cepat, aksesibilitas yang lebih baik terhadap infrastruktur digital, serta peningkatan kesadaran akan manfaat internet dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, dan komunikasi.

Penggunaan internet yang meluas, terutama melalui platform media sosial, telah membuka pintu bagi penyebaran informasi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Meskipun banyak informasi yang disebarkan bermanfaat dan dapat mendukung pertukaran pengetahuan yang luas, tren ini juga disertai dengan munculnya konten negatif yang memicu kekhawatiran.

Konten negatif seperti hoaks (berita palsu), penipuan, ujaran kebencian, dan perundungan (bullying) semakin meningkat secara signifikan. Hoaks menjadi perhatian serius karena dapat menyesatkan masyarakat dan memengaruhi persepsi publik terhadap suatu isu. 

Penipuan online juga semakin rumit dan seringkali menimbulkan kerugian finansial bagi individu. Selain itu, ujaran kebencian dan perundungan online dapat merusak mental seseorang, menciptakan lingkungan berbahaya, dan memicu konflik sosial.

Ketika konten negatif ini menyebar dengan cepat di platform media sosial, penyebarannya dapat menjadi sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan upaya bersama antara pihak platform media sosial, pengguna, serta pihak berwenang untuk mengatasi masalah ini. 

Pendidikan publik tentang literasi digital, penggunaan internet yang bertanggung jawab, serta peraturan yang memadai untuk mengontrol dan mengurangi konten negatif juga merupakan langkah krusial dalam menghadapi tantangan ini.

Prof. Indra, analisis media sosial merupakan langkah penting untuk mendeteksi potensi konflik di dunia maya. Analisis ini, dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam konteks politik, komersial, dan sosial masyarakat. 

Penggunaan teknologi pemrosesan bahasa alami dan text mining dapat membantu dalam mengolah data media sosial untuk mendapatkan wawasan yang berguna, terutama dalam mencegah potensi konflik menjelang Pemilu di Indonesia.