Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Budi Arie Setiadi, saat memberikan paparan dalam acara Diskusi Publik Perangi Judi Online, Wujudkan Ekosistem Keuangan Digital yang Aman “Judi Pasti Rugi”, yang digelar oleh GoPay di Jakarta, Kamis 17 Oktober 2024. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

8 Kontroversi Budi Arie yang Baru Saja Diperiksa Bareskrim Polri

  • Pemeriksaan terhadap Budi Arie Setiadi kembali mengingatkan publik akan sederet kontroversi dan pernyataan-pernyataan yang membuatnya menjadi sorotan selama ini. Sejak menjabat sebagai pejabat publik, Budi Arie tidak lepas dari berbagai masalah yang menuai kritik tajam.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri selama lebih dari tujuh jam pada hari Kamis kemarin, 19 Desember 2024, berlangsung mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.15 WIB. 

Pemeriksaan tersebut terkait dugaan korupsi dalam kasus judi online yang melibatkan pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi), sebelumnya bernama Kementerian Kominfo.

"Betul ( diperiksa), tanyakan ke Dirrekrimsus Polda Metro Jaya (tentang Pemeriksaan)," ujar Wakil Kepala Kortastipidkor Brigadir Jenderal Polisi Arief Adiharsa di Jakarta, Kamis, 20 Desember 2024.

Pemeriksaan terhadap Budi Arie Setiadi kembali mengingatkan publik akan sederet kontroversi dan pernyataan-pernyataan yang membuatnya menjadi sorotan selama ini. Sejak menjabat sebagai pejabat publik, Budi Arie tidak lepas dari berbagai masalah yang menuai kritik tajam dari banyak pihak.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut sederet kontroversi Budi Arie Setiadi.

Dikhianati Pegawai Komdigi

Salah satu isu yang mencuat adalah keterlibatannya dalam kasus judi online yang melibatkan mantan pegawai Kemenkomdigi, yang membuatnya merasa dikhianati. Terkait hal ini, Budi Arie mengungkapkan kekecewaannya karena beberapa mantan anak buahnya diduga bersekongkol dengan bandar judi online, yang tentu saja memberikan dampak buruk bagi reputasi Kemenkomdigi serta dirinya sebagai pejabat publik. 

Ia pun menegaskan bahwa pengkhianatan tersebut sangat mengecewakan, karena mereka yang semula diharapkan untuk menjadi contoh yang baik justru terlibat dalam praktik ilegal tersebut.

Minta Artis Jadi Duta Judol

Selain itu, Budi Arie juga mendapat sorotan tajam terkait usulannya untuk menjadikan artis Wulan Guritno sebagai duta anti-judi online. Usulan ini menuai kritik luas karena banyak yang menilai bahwa memilih seorang artis, terutama yang belum memiliki rekam jejak jelas dalam isu tersebut, tidak relevan dan justru bisa merusak citra gerakan anti-judi online. 

Kritikus berpendapat bahwa seharusnya duta anti-judi online diangkat dari kalangan yang lebih berkompeten, seperti tokoh publik yang memiliki pengalaman dalam pendidikan atau sosialisasi tentang bahaya judi. 

Meski demikian, Budi Arie tetap mempertahankan usulannya dengan alasan bahwa Wulan Guritno memiliki pengaruh besar di kalangan generasi muda, yang menjadi sasaran utama dari praktik perjudian online.

Pajaki Judi Online

Budi Arie juga menjadi pusat kontroversi setelah mengusulkan untuk memajaki judi online dalam rapat dengan DPR. Meskipun ide ini sempat menuai perhatian publik, Budi Arie segera mengklarifikasi bahwa usul tersebut hanya dimaksudkan untuk menggambarkan praktik yang sudah diterapkan di negara lain. 

Ia menyatakan bahwa memajaki judi online memang bisa menjadi salah satu cara untuk mengendalikan industri tersebut dan mengurangi dampaknya terhadap masyarakat.

Perempuan Lebih Kejam Dari Laki-Laku

Dalam sebuah pernyataan terkait kasus pembakaran yang melibatkan seorang polisi yang istri nya melakukan tindak kekerasan karena masalah judi online, Budi Arie membuat pernyataan yang kontroversial, dengan menyebut bahwa perempuan bisa lebih kejam daripada laki-laki. 

Pernyataan ini langsung menuai kecaman dari banyak pihak, terutama dari aktivis perempuan dan kelompok yang memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka menganggap pernyataan tersebut sebagai stereotip gender yang tidak hanya tidak tepat, tetapi juga bisa memperburuk persepsi negatif terhadap perempuan dalam masyarakat. Budi Arie kemudian meminta maaf atas kata-katanya tersebut.

Fufufafa

Kontroversi lainnya yang menyertai Budi Arie adalah terkait dengan akun media sosial @Fufufafa, yang sering melontarkan komentar negatif tentang berbagai isu politik dan sosial. Budi Arie mengaku tidak tahu-menahu tentang kepemilikan akun tersebut dan meminta publik untuk menunggu hasil investigasi terkait identitas pemiliknya. 

Meskipun demikian, ketidaktahuan Budi Arie mengenai akun ini justru menambah kompleksitas masalah, karena banyak yang menilai bahwa seorang pejabat tinggi seharusnya lebih waspada terhadap akun-akun yang dapat mempengaruhi opini publik, terlebih jika akun tersebut sering menyebarkan ujaran kebencian atau informasi yang tidak akurat.

Parpol Kalah Dipenjara

Budi Arie juga pernah membuat pernyataan yang mengundang polemik, yaitu terkait dengan pernyataannya yang menyebut bahwa partai politik yang kalah dalam pemilu bisa berakhir di penjara. 

Pernyataan ini dinilai sebagai bentuk intimidasi politik yang sangat berbahaya, terutama dalam konteks demokrasi. Banyak pihak yang khawatir jika pernyataan tersebut mencerminkan potensi kriminalisasi politik, yang bisa berujung pada pelemahan terhadap oposisi dan kebebasan berpolitik di Indonesia. 

Jokowi Tiga Periode

Sebagai Ketua Projo, ia pernah menyuarakan pendapat bahwa Presiden Jokowi layak untuk menjabat lebih dari dua periode, sebuah usulan yang jelas bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang membatasi masa jabatan Presiden Indonesia hanya dua periode. 

Wacana ini memicu perdebatan panjang tentang potensi amandemen konstitusi dan ancaman terhadap stabilitas politik di Indonesia. Banyak yang melihat pernyataan tersebut sebagai bentuk ambisi politik pribadi atau kelompok, yang tidak memperhatikan konsensus nasional mengenai pembatasan masa jabatan presiden.

Foto Bareng Tentara Israel

Terakhir, Budi Arie juga tidak luput dari kontroversi terkait dengan foto yang beredar di media sosial, di mana ia tampak berfoto bersama tentara Israel pada tahun 2015. 

Foto tersebut memicu kemarahan banyak pihak, terutama karena dianggap tidak sensitif terhadap hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel yang selama ini diwarnai ketegangan. Meskipun Budi Arie menghapus foto tersebut dari akun media sosialnya, kritik terhadapnya tetap berlanjut. Banyak yang menganggap bahwa sebagai pejabat publik, Budi Arie seharusnya lebih berhati-hati dalam menjaga citra dan sikap diplomatiknya.