<p>Ilustrasi belanja online. / Foto: shutterstock</p>
Industri

86 Persen Masyarakat Pernah Belanja Lewat Media Sosial, Inilah Platform yang Paling Banyak Digunakan

  • Masyarakat paling banyak menjajal fitur social commerce untuk berbelanja pakaian (61%), produk kecantikan (43%), makanan dan minuman (38%), serta handphone dan aksesoris (31%) dengan rata-rata pengeluaran Rp275.000 setiap bulan.

Industri

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Menurut survei Populix, 86% masyarakat Indonesia sudah pernah berbelanja dengan konsep social commerce, yakni transaksi jual beli yang dilakukan melalui media sosial.

Dalam hasil survei berjudul “The Social Commerce Landscape in Indonesia”, Populix mencatat 52% masyarakat Indonesia sudah mengetahui akan tren transaksi social commerce sebagai opsi untuk berbelanja online yang memungkinkan interaksi langsung antara penjual dan pembeli.

Survei itu pun menunjukkan bahwa platform yang paling banyak digunakan adalah TikTok Shop (45%), diikuti oleh WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%).

Masyarakat paling banyak menjajal fitur social commerce untuk berbelanja pakaian (61%), produk kecantikan (43%), makanan dan minuman (38%), serta handphone dan aksesoris (31%) dengan rata-rata pengeluaran Rp275.000 setiap bulan.

Dari sisi pengguna, TikTok Shop adalah platform yang paling banyak digunakan oleh perempuan sementara WhatsApp dan Instagram Shop lebih banyak digunakan laki-laki.

Populix memproyeksikan ke depannya pengguna TikTok Shop akan terus didominasi oleh perempuan, khususnya bagi mereka yang berusia 18-25 tahun di kota-kota kecil di seluruh Jawa. 

Sementara itu, Instagram Shop akan didominasi oleh konsumen dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas dan WhatsApp akan lebih banyak digunakan oleh generasi yang lebih senior.

Untuk platform yang memang difungsikan secara khusus untuk social commerce, ada tiga yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, yaitu Evermos (22%), Kitabeli (14%), dan Dusdusan (12%). 

46% masyarakat Indonesia masih asing dengan platform-platform tersebut, sedangkan 35% mengetahui adanya platform khusus social commerce namun belum pernah menggunakannya untuk berbelanja.

Konsep social commerce semakin populer karena pembeli bisa dengan lebih mudah berintekasi dengan penjual tanpa harus berpindah aplikasi. Penjual pun bisa menjangkau calon pembeli yang lebih luas melalui media sosial.

Co-founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan, pesatnya pertumbuhan tren social commerce yang didorong oleh pandemi COVID-19 pun turut memicu kemunculan platform-platform jual-beli berbasis interaksi sosial sebagai alternatif pilihan medium berbelanja bagi masyarakat.

“Dengan meningkatnya tren social commerce di Indonesia, ke depannya kami berharap dapat terus memberikan insights menarik bagi ekosistem ini agar dapat membuka semakin banyak peluang pasar baru bagi UMKM, mendorong percepatan UMKM Go Digital, dan semakin meningkatkan pertumbuhan pasar digital di tanah air,” ujar Timothy dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 28 September 2022.