90 Persen Lapangan Migas Indonesia Berisi Sumur Tua, SKK Migas : Maksimalkan Potensi
- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui 90 persen lapangan minyak dan gas (Migas) di Indonesia merupakan sumur tua, namun masih bisa dimaksimalkan.
Energi
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui 90 persen lapangan minyak dan gas (Migas) di Indonesia merupakan sumur tua, namun masih bisa dimaksimalkan.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf tak menampik memang sebagian besar dari lapangan minyak dan gas (Migas) di Indonesia merupakan sumur tua, namun perlu perawatan agar hasil produksi tetap maksimal.
"80-90 persen ini adalah lapangan-lapngan yang betul sudah mature (tua)," katanya dalam media briefing road to ICIOG 2023 pada Rabu, 23 Agustus 2023.
- Mantap! Aplikasi Threads Versi Web Akhirnya Diluncurkan
- Lo Kheng Hong: Investor Tajir Melintir yang Pilih Hidup Sederhana
- Budi Arie: Indonesia Darurat Judi Online
Adapun Nanang mencontohkan, salah satunya adalah di lapangan Rokan yang sudah berporduksi sejak tahun 1940. Namun jika dilihat sampai sekarang lapangan migas tersebut masih menghasilkan dan dapat berproduksi.
Meski mengalami penurunan, namun SKK Migas yakin masih bisa menghasilkan nilai tambah ekonomi untuk Indonesia. Maka dari itu, untuk dapat memaksimalkan potensi lapangan tua, optimalisasi dirasa penting untuk dilakukan untuk mendapatkan produksi dengan biaya yang efisien.
Sebelumnya Nanang Abdul Manaf mengungkapkan, jika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Berdasarkan hasil riset dan analisis Rystad Energy, produksi gas alam dari lapangan-lapangan yang ada sekarang diperkirakan hanya berkontribusi sebesar 35% dari total produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam 20 tahun ke depan. Sementara 65% sisanya berasal dari produksi lapangan-lapangan gas baru.
Ada beberapa lapangan migas yang masih dalam proses pengembangan di antaranya, Lapangan Andaman di lepas pantai Aceh, Lapangan Mako di kawasan Natuna, IDD Fase 2 (Gendalo dan Gendang) di Kalimantan Timur, Asap Kido Merah di Papua dan Lapangan Abadi, Masela di Maluku.
Menurutnya, produksi gas dari lapangan-lapangan yang baru dikembangkan diproyeksikan akan memberikan kontribusi sekitar 60% bagi produksi gas nasional di 2030, dan naik menjadi 80% di 2035.