Abaikan Barat, Arab Saudi Makin Merapat Ke China
- Kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken Pekan lalu ke Saudi tampaknya tak mengubah keinginan Negeri teluk tersebut merapat ke China.
Nasional
RIYADH- Kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken pekan lalu ke Arab Saudi tampaknya tak mengubah keinginan negeri teluk tersebut merapat ke China.
Alih-alih menjauh setelah kedatangan AS, Arab Saudi ingin berkolaborasi dan bukan bersaing dengan China.
Hal ini diungkapkan oleh menteri energi kerajaan, Pangeran Abdulaziz bin Salman. Ia juga mengatakan secara terang-terangan bahwa dirinya mengabaikan kecurigaan Barat atas hubungan mereka yang berkembang.
Mengutip Reuters Senin, 12 Juni 2023, sebagai pengekspor minyak utama dunia, hubungan bilateral Arab Saudi dengan konsumen energi terbesar dunia ditopang oleh ikatan hidrokarbon.
Meski demikian, kerja sama antara Riyadh dan Beijing juga telah memperdalam keamanan dan teknologi sensitif di tengah menghangatnya hubungan politik yang kini menjadi perhatian AS.
Saat dimintai keterangan tentang kritik AS terhadap hubungan bilateral selama konferensi bisnis Arab-Tiongkok, Pangeran Abdulaziz bin Salman berkata bahwa Ia tak memikirkannya. Ia hanya akan ada di mana sebuah peluang datang.
"Kita tidak harus menghadapi pilihan apapun yang berhubungan dengan (mengatakan) baik dengan kita atau dengan yang lain."
Perlu dicatat, pekan ini, banyak pengusaha dan investor China telah berbondong-bondong ke Riyadh untuk menghadiri konferensi bisnis. Uniknya, konferensi digelar beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
- Awas! Ketahui Apa Itu Catfishing yang Menjerat Korban di Dunia Maya
- Awas! 3 Hal Ini Tanpa Sadar Merusak Hubungan Anda
- Trik Gunakan Akun WhatsApp yang Sama di iPhone dan Android Secara Bersamaan
Kesepakatan Kerja sama Minyak
Pada Maret lalu, raksasa minyak negara Saudi Aramco mengumumkan dua kesepakatan besar dalam meningkatkan investasi multi-miliar dolar di China. Kesepakatan tersebut sekaligus dan meningkatkan peringkat Saudi sebagai penyedia minyak mentah utama China.
Pengumuman terkait kesepakatan merupakan yang terbesar sejak kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi pada bulan Desember. Kala itu, Ia menyerukan perdagangan minyak dalam yuan.
Langkah tersebut juga dikatakan sebagai langkah yang akan melemahkan dominasi dolar.
"Permintaan minyak di China masih terus meningkat jadi tentu saja kami harus memenuhi sebagian dari permintaan itu. Daripada bersaing dengan China, berkolaborasilah dengan China," kata Pangeran Abdulaziz.
Momentum kedua negara juga telah meningkatkan prospek keberhasilan penyelesaian negosiasi untuk kesepakatan perdagangan bebas antara China dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang didominasi Arab Saudi yang berlangsung sejak 2004.
Menteri Investasi Saudi Khalid Al Falih mengatakan perjanjian apa pun harus melindungi industri Teluk yang baru muncul karena kawasan itu mulai melakukan diversifikasi ke sektor ekonomi non-minyak.