Guru memberikan materi pelajaran kepada Siswa Sekolah Dasar yang mengikuti Sekolah Tatap Muka Perdana di SDN 14 Pagi, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin, 30 Agustus 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Abdul Mu'ti Soroti Nasib Miris Guru Agama di Sekolah Swasta

  • Abdul Mu'ti juga mengajak seluruh pemangku kepentingan, baik di sekolah negeri maupun swasta, untuk bersinergi dan mendukung upaya meningkatkan kualitas pendidikan agama dan karakter bangsa.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menyoroti pentingnya pembinaan dan sinergi antara guru agama di sekolah negeri maupun swasta untuk memperkuat pendidikan karakter di Indonesia. 

"Mengajar tidak hanya transfer ilmu tapi juga nilai-nilai yang utama yang melekat dalam semua mata pelajaran. Dan penanaman karakter ini bukan tanggung jawab guru agama tetapi juga semua guru,termasuk mohon maaf guru olahraga, begitu juga guru matematika," tegas Mu'ti di depan anggota parlemen, di Jakarta, Rabu, 6 September 2024.

Abdul Mu'ti menegaskan bahwa guru agama di sekolah swasta merupakan mitra penting bagi sekolah negeri, bukan sebagai kompetitor, sehingga peran dan nasib mereka perlu mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah.

"Swasta itu bukan kompetitor negeri, menurut kami swasta itu adalah mitra pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan. Dan ini kami lihat memang sebagai masalah besar. Jadi, guru-guru agama di sekolah umum ini memang jadi masalah yang belum selesai," tambah Mu'ti.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agama dan karakter, Abdul Mu'ti merencanakan untuk berdiskusi dengan Menteri Agama Nasaruddin Umar.

"Guru agama itu memang secara pembinaannya ada di bawah Kementerian Agama (Kemenag), tapi secara kerja itu ada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah," ujar Mu'ti.

Permasalahan Guru Agama di Indonesia

Mendikdasmen juga mengidentifikasi tiga masalah utama yang dihadapi oleh guru agama di Indonesia. Pertama soal pembinaan yang kurang maksimal, Abdul Mu'ti menyadari bahwa pembinaan bagi guru agama masih belum optimal, terutama di sekolah umum yang sering kali minim pengawasan dan perhatian dari pemerintah.

Kedua, jumlah guru agama dan minimnya pengangkatan di beberapa daerah. Hal ini berimbas pada ketersediaan pendidikan agama yang layak di berbagai wilayah. Ketiga, pengembangan karier guru agama. Abdul Mu'ti juga mengungkapkan pengalamannya secara pribadi, mengingat istrinya yang juga berprofesi sebagai guru agama, dalam menghadapi berbagai tantangan pengembangan karier, yang masih kurang mendapat dukungan dan akses.

Dengan tiga masalah tersebut, ia mengungkapkan rencana kementerian untuk mengadakan pelatihan bagi semua guru, termasuk guru agama, sebagai upaya penguatan pendidikan karakter serta pengembangan bakat dan minat siswa. 

Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat peran guru sebagai pendidik karakter yang dapat mempengaruhi perkembangan mental dan kepribadian siswa secara positif.

Sebagai langkah awal, Abdul Mu'ti menekankan pentingnya pendekatan berbasis data untuk memetakan permasalahan mendasar sebelum menetapkan kebijakan, baik terkait guru agama maupun masalah lain seperti gaji guru. 

Dengan pendekatan ini, ia berharap kementerian dapat menyusun kebijakan yang lebih tepat sasaran dan responsif terhadap kebutuhan para pendidik.

Abdul Mu'ti juga mengajak seluruh pemangku kepentingan, baik di sekolah negeri maupun swasta, untuk bersinergi dan mendukung upaya meningkatkan kualitas pendidikan agama dan karakter bangsa.