<p>Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengundurkan diri. / Reuters</p>
Nasional & Dunia

Abe-Nomics Tak Berdaya, Ekonomi Jepang Kembali Minus 7,9 Persen

  • TOKYO – Lengsernya Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menyisakan luka yang belum selesai bagi perekonomian negara sakura itu. Dilansir dari KBS, Selasa, 8 September 2020, setelah ekonomi minus 27%  pada kuartal II-2020, Jepang kembali merilis kontraksi 7,9% secara quartal to quartal (qtq). Dengan demikian, ini merupakan kontraksi ketiga Jepang setelah kuartal I-2020 minus 0,6% dan […]

Nasional & Dunia

Ananda Astri Dianka

TOKYO – Lengsernya Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menyisakan luka yang belum selesai bagi perekonomian negara sakura itu.

Dilansir dari KBS, Selasa, 8 September 2020, setelah ekonomi minus 27%  pada kuartal II-2020, Jepang kembali merilis kontraksi 7,9% secara quartal to quartal (qtq). Dengan demikian, ini merupakan kontraksi ketiga Jepang setelah kuartal I-2020 minus 0,6% dan kuartal IV-2019 minus 1,8%.

Kinerja kuartal lalu menorehkan sejarah sebagai kontraksi kuartal kedua tertajam. Ekonomi terbesar ketiga di dunia ini menyusut selama tiga kuartal berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2011 ketika gempa bumi dahsyat melanda Jepang timur.

Di bawah pemerintahan Abe, harga saham naik dua kali lipat, dengan yen Jepang tetap lemah dan tingkat pengangguran berkurang setengahnya. Namun, perekonomian lokal secara keseluruhan menunjukkan kinerja yang buruk.

Bahkan, Jepang mengalami pertumbuhan terburuk dalam 65 tahun, jauh dari pencapaian target pertumbuhannya 2%. Harga konsumen stagnan pada pertumbuhan 0%, jauh dari target pemerintah di level 2%.

Sementara upah riil per kapita menyusut 3,5%. Hal ini mengakibatkan perekonomian Jepang masih terperosok dalam deflasi. Dengan kondisi demikian, Jepang diprediksi tidak akan mampu mencapai target produk domestik bruto (PDB) 600 triliun yen pada 2020.

Kondisi fiskal Jepang juga dilaporkan semakin memburuk, seiring dengan dirilisnya dua anggaran tambahan untuk mengatasi dampak ekonomi dari COVID-19. Alhasil, belanja pemerintah diperkirakan akan mencapai rekornya sebesar 160,3 triliun yen tahun ini.

Sementara ketergantungan pada utang nasional diperkirakan meningkat hingga 56,3%, tertinggi sepanjang sejarah. Defisit fiskal tercatat 2,6% dari PDB tahun lalu, tetapi angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 12,6% tahun ini.

Tahun ini, ekonomi Jepang diperkirakan akan berkontraksi 6% dalam skenario ringan, atau 16% dalam skenario terburuk. Sebab, 30% dari perusahaan di Jepang mengalami defisit.