Ilustrasi lokasi pertambangan emas, tembaga, nikel, batu bara, dan mineral lain / Dok. Archi Indonesia
Pasar Modal

Ada 3 Perusahaan Tambang yang IPO dengan Dana Jumbo Tahun Ini, Begini Prospeknya

  • Tiga perusahaan yang dimaksud di antara lain PT Merdeka Battery Materials (MBM), PT Amman Mineral Internasional (AMI), dan unit bisnis grup Harita.
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Tahun ini, ada tiga perusahaan tambang yang akan melaksanakan initial public offering (IPO) dengan dana yang cukup besar.

Tiga perusahaan yang dimaksud di antara lain PT Merdeka Battery Materials (MBM), PT Amman Mineral Internasional (AMI), dan unit bisnis grup Harita.

Unit bisnis grup Harita menargetkan dana IPO sekitar Rp9 triliun sementara PT Amman Mineral Internasional menargetkan Rp15 triliun.

Sementara itu, seperti yang disebutkan oleh Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) Dewin Wirawan, MBM yang masih bernaung di bawah Saratoga seperti halnya PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) belum bisa mengumumkan target dana IPO.

Senior Investment PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, sektor pertambangan secara umum diprediksi belum memperlihatkan prospeknya untuk tahun ini.

Pasalnya, dengan disrupsi pasokan dan tren kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed), permintaan untuk komoditas pertambangan diperkirakannya akan mengalami penurunan dan dapat berdampak kepada pendapatan emiten pertambangan.

Akan tetapi, beda lagi ceritanya dengan emiten pertambangan yang pendapatannya mengandalkan nikel atau komoditas lainnya untuk keperluan kendaraan listrik yang saat ini tengah digencarkan perkembangan ekosistemnya.

"Untuk yang bergerak di bidang pertambangan untuk produksi kendaraan listrik, tentu masih sangat berpotensi untuk positif," ujar Nafan kepada wartawan setelah acara Media Day by Mirae Asset, Kamis, 9 Maret 203.

Emiten yang bergerak di pertambangan nikel dikatakan Nafan menjadi prospektif pula karena pemerintah saat ini masih berupaya menggenjot hilirisasi industri untuk keperluan kendaraan listrik.

Pasalnya, pemerintah menargetkan agar Indonesia bisa menjadi salah satu negara dengan ekosistem kendaraan listrik terbesar di wilayah Asia Tenggara.

Perusahaan pertambangan secara umum pun dikatakan Nafan masih bisa dilihat sebagai emiten yang memiliki prospek baik selama adanya diversifikasi bisnis ke arah pengupayaan ekosistem energi baru terbarukan (EBT).

Dari tiga emiten pertambangan yang akan IPO, dua di antaranya bergerak di bisnis komoditas yang memiliki keterkaitan dengan produksi kendaraan listrik, yaitu Harita Nickel dan MBM.

Grup Harita adalah perusahaan yang bergerak di bisnis pertambangan dan perkebunan. Unit usaha yang dijalankan oleh grup konglomerat ini di antaranya pertambangan nikel, bauksit, perkebunan kelapa sawit, dan batu bara.

Sementara itu, MBM adalah anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang bergerak di sektor mineral strategis dan rantai pasok baterai kendaraan listrik.

Dengan demikian, kedua perusahaan tersebut memiliki prospek yang cukup baik di tahun ini selama transisi energi dari energi fosil ke baru terbarukan terus berjalan secara berkelanjutan.