Ada Apa dengan Blue Bird? Sudah Potong Gaji Pengemudi 47 Persen Kok Tetap Rugi
JAKARTA- Pandemi COVID-19 mendorong PT Blue Bird Tbk (BIRD) ke situasi sulit. Perusahaan taksi yang cukup tua dan punya nama besar tersebut didera kerugian yang cukup besar. Berbagai upaya dilakukan termasuk memangkas gaji, tunjangan dan beban pengemudi serta melakukan efisiensi bahan bakar, tetapi hasilnya tetap pahit. Dari laporan keuangan Blue Bird semester I 2020 yang […]
Industri
JAKARTA- Pandemi COVID-19 mendorong PT Blue Bird Tbk (BIRD) ke situasi sulit. Perusahaan taksi yang cukup tua dan punya nama besar tersebut didera kerugian yang cukup besar. Berbagai upaya dilakukan termasuk memangkas gaji, tunjangan dan beban pengemudi serta melakukan efisiensi bahan bakar, tetapi hasilnya tetap pahit.
Dari laporan keuangan Blue Bird semester I 2020 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia terlihat pada periode ini perseroan merugi sebesar Rp 94,96 miliar. Angka ini jelas tidak sebanding bahkan bisa dikatakan hancur lebur jika dibandingkan dengan periode sama tahun 2019 yang mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp158,45 miliar.
Selama 6 bulan 2020 ini pendapatan BIRD memang jatuh bebas. Mereka hanya mendapatkan Rp1,15 triliun, atau turun hampir 40 persen dibanding semester I 2019 di mana mereka mencatat pendapatan Rp 1,91 triliun. Pendapatan dari bisnis taksi turun dari Rp 1,52 triliun menjadi Rp 865,72 miliar. Sementara sewa kendaraan juga terpangkas menjadi Rp 295,13 miliar dibandingkan Rp 421,16 miliar.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Penurunan bisnis tersebut sejatinya sudah diantisipasi BIRD dengan memangkas beban keuangan, termasuk gaji pengemudi. Semula, di semester I 2019, total gaji, tunjangan dan beban pegemudi mencapai Rp 591,59 miliar. Tapi di semester I tahun ini angkanya mengempis 47 persen menjadi Rp 309,75 miliar.
Sumber loyonya kinerja BIRD juga timbul akibatnya besarnya kerugian pelepasan aset tetap dan aset tidak lancar sebesar Rp 36,23 miliar. Beban BIRD semakin berat lantaran utangnya juga menumpuk. Total utang perusahaan ini ke sejumlah bank seperti BCA, BTPN, Bank Mandiri, Bank OCBC dan The Bank Of Tokyo-Mitsubishi UFJ mencapai Rp 1,21 triliun.
Manajemen BIRD dalam laporannya menyampaikan bahwa sulit untuk memprediksi dampak pandemi COVID-19 terhadap bisnis perseroan. Hal ini terkait ketidakpastian dari musim pandemi COVID-19 yang telah berdampak luas terhadap ekonomi lokal dan global. BIRD juga khawatir jika kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) diberlakukan untuk waktu yang tidak ditentukan, maka bisnis perseroan bakal terkena dampak negatif.
Beruntung, memburuknya bisnis Blue Bird tak mengurangi keyakinan investor di bursa saham. Pada pekan lalu saham mereka masih ditransaksikan di level Rp 1.140 per saham. Harga itu melesat tajam ketimbang posisi di akhir Mei 2020 lalu yang masih di harga Rp 755 per saham.
Masuknya Gojek sebagai salah satu pemegang saham di group ini menjadi salah satu daya tarik saham BIRD di saat sulit ini. Sebelumnya PT Pusaka Citra menjual 108.207.016 saham kepada Gojek di harga Rp3.800 per saham dengan total transaksi Rp 411 miliar.