Ada Apa Dengan Grab?
Perusahaan ride-hailing Grab Holdings Inc asal Singapura tengah diperbincangkan lantaran isu suntikan modal dari Alibaba Group Holding Ltd senilai Rp44 triliun hingga kabar merger dengan Gojek Indonesia.
Industri
JAKARTA – Perusahaan ride-hailing Grab Holdings Inc asal Singapura tengah diperbincangkan lantaran isu suntikan modal dari Alibaba Group Holding Ltd senilai Rp44 triliun hingga kabar merger dengan Gojek Indonesia.
Pada medio Juni 2020, CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 360 karyawan akibat terpukul pandemi COVID-19.
Atas keputusan PHK tersebut, ia juga meminta maaf sekaligus mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan yang telah berkontribusi dalam mengembangkan Grab. Anthony mengaku, keputusan tersebut terpaksa diambil lantaran kondisi komponen biaya perusahaan yang terdampak akibat pandemi COVID-19.
“Sejak Februari 2020, selama beberapa bulan terakhir, perusahaan telah meninjau seluruh komponen biaya, mengurangi pengeluaran, dan melakukan pemotongan gaji untuk manajemen senior,” katanya.
Sebagai informasi, investor Grab yakni Vision Fund yang merupakan bisnis modal ventura dari SoftBank Group pun mencatatkan kerugian hingga US$17,7 miliar pada awal Juni 2020.
Begitu pula dengan Softbank Group yang mencatatkan kerugian sebesar US$12,5 miliar pada kuartal I-2020. Angka rugi bersih tersebut menurun 48% dibandingkan dengan pembukuan periode sebelumnya yang mencapai US$18,5 miliar atau setara Rp290 triliun.
Amblesnya keuntungan tersebut dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya kinerja investasi lain ke start-up satelit internet OneWeb dan provider co-working WeWork yang juga mengalami kerugian sebesar US$100 miliar setara Rp1.570 triliun.
Merger dan Akuisisi
Teranyar, Grab dikabarkan mendapatkan restu dari Softbank untuk merger dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia).
Tidak hanya itu, raksasa perusahaan milik konglomerat Jack Ma, Alibaba Group Holding Ltd dikabarkan tengah melakukan negosiasi investasi kepada perusahaan ride-hailing Grab Holdings Inc.
Alibaba berencana menyuntikkan dana ke dalam Grab sebesar US$3 miliar atau setara Rp44,4 triliun dengan asumsi Rp14.800 per dolar Amerika Serikat (AS).
Seperti di lansir Bloomberg, investasi tersebut merupakan seperlima dari nilai valuasi Grab. Teranyar, decacorn ini memiliki valuasi yang di taksir sekitar US$14 miliar atau setara Rp207 triliun. Alibaba juga menjadi investor tunggal dalam putaran pendanaan tersebut.
Kesepakatan itu sendiri diperkirakan akan menjadi salah satu yang investasi terbesar yang dilakukan Alibaba di kawasan ASEAN. Jika investasi ini berjalan lancar, otomatis juga akan membuka pintu akses bagi Alibaba terhadap jutaan pengguna Grab di delapan negara.
Di sisi lain, modal tambahan ini juga menjadi angin segar bagi Grab. Pasalnya, saat ini Grab tengah menghadapi tantangan besar di tengah pandemi COVID-19.
Bahkan, CEO Grab Anthony Tan beberapa waktu lalu mengakui perusahaannya tengah menghadapi situasi krisis terbesarnya. Bagaimana tidak, pertengahan Juni lalu, Grab melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5% karyawan mereka di Asia Tenggara.
Para investor Grab juga dikabarkan tengah frustrasi untuk mencari celah dalam upaya persaingan dengan kompetitor terdekat mereka, Gojek. Perusahaan yang di dirikan oleh Nadiem Anwar Makarim ini berhasil mendapat modal tambahan dari perusahaan teknologi raksasa Facebook Inc.
Alibaba sendiri menjadi perusahaan yang terbilang aktif melakukan investasi sejak mencapai kesuksesannya. Pada Januari lalu perusahaan yang berbasis di China ini dikabarkan menjadi salah satu investor Tokopedia senilai US$1,5 miliar.
Pada 2017 lalu, santer kabar Alibaba melalui anak perusahaannya Ant Financial berniat melakukan investasi dengan Gojek. Namun, sepertinya mereka tak menemui jalan kesepakatan. (SKO)