Gadis Kretek
Hiburan

Ada Gadis Kretek, Ini Daftar Film Indonesia yang Meraih Sukses di Festival Internasional 2023

  • Beberapa film Indonesia garapan 2023 ini mampu menyabet apresiasi di festival internasional, seperti di Jepang, Toronto, dan Dubai.

Hiburan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Tahun 2023 dapat dianggap sebagai periode keemasan bagi perfilman Indonesia. Sejumlah film berkualitas tinggi telah bermunculan dari para sineas tanah air, bahkan beberapa di antaranya berhasil meraih penghargaan di berbagai festival film internasional.

Prestasi ini tentu merupakan suatu kebanggaan, sekaligus menjadi pemicu semangat bagi para pembuat film lainnya untuk terus menciptakan karya-karya otentik dan berkualitas, dengan harapan dapat bersaing secara global.

Asal tahu saja, beberapa film Indonesia ini mampu menyabet apresiasi di festival internasional, seperti di Jepang, Toronto, dan Dubai. Menariknya dari seluruh film yang mejeng itu menampilkan isu-isu terkini seperti Degayu: Against the Shore yang mengangkat isu perubahan iklim. 

Lalu ada juga, Sri Asih sebuah film super hero lokal garapan Joko Anwar, kemudian ada Gadis Kretek sebuah series yang berlatarkan sejarah pertambakauan Tanah Air. Nah, untuk lebih lengkapnya berikut ulasan sebagaimana dilansir dari Antara. 

Sri Asih

Salah satu film yang berhasil mencuri perhatian di festival internasional adalah karya Joko Anwar, yakni "Sri Asih." Film ini mendapatkan apresiasi dan tampil dalam acara prestisius International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2023 pada bulan Maret.

"Sri Asih" merupakan bagian integral dari Jagat Sinema Bumilangit (Bumilangit Cinematic Universe/BCU) dan memiliki peran penting sebagai pembuka alur bagi film-film lain dalam BCU. 

Kisah yang diangkat dalam film ini berfokus pada Alana, seorang anak yatim piatu yang diadopsi dan kemudian membangun karirnya sebagai petarung profesional MMA.

Keahlian Alana menarik perhatian Mateo Adinegara, putra tunggal seorang pebisnis kaya yang tertantang untuk menghadapi Alana yang belum pernah kalah. Namun, ketika Alana berhasil mengalahkannya, Mateo tersulut emosi dan segera melakukan serangan balasan.

Gadis Kretek

Karya sinematografi tanah air yang sukses membuat debutnya di Busan International Film Festival 2023 (BIFF) adalah serial "Gadis Kretek" yang digarap oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.

Film ini menampilkan sejumlah bintang terkenal, seperti Dian Satrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, dan Putri Marino, yang mengisahkan perjalanan Dasiyah (Dian Sastrowardoyo), seorang perempuan bersemangat yang menciptakan formula sempurna untuk rokok tembakau yang dikenal sebagai kretek.

Dalam narasinya, terselip pesan tentang keberanian perempuan dan kisah cinta epik antara Dasiyah dan Soeraja (Ario Bayu). Cerita ini berlatar belakang industri rokok kretek Indonesia dan mencakup peristiwa sejarah pada era 1960-an. 

Film ini berhasil memulai debutnya di BIFF sebagai bagian dari program Renaissance of Indonesian Cinema. Program ini dirancang untuk merayakan kebangkitan sinema Indonesia pasca-pandemi dan menyoroti karya-karya unggul dari sineas Indonesia.

Rantemario

Film Rantemario, karya kreatif anak bangsa, melibatkan sejumlah lokasi pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan dalam proses produksinya dan juga mengikuti festival film internasional di Eropa pada akhir tahun 2023.

Dengan mengangkat kearifan lokal, film ini melakukan syuting di berbagai lokasi pariwisata, termasuk Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, hingga Enrekang. Puncak Gunung Rantemario, yang termasuk tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia, menjadi salah satu lokasi syuting utama, sementara kawasan wisata Malino di Gowa dan Rammang-rammang di Maros juga turut menjadi bagian dari film ini.

Cahayaditama, bersama dengan Himpunan Keluarga Massenrenpulu (Hikma) Enrekang, bertanggung jawab atas produksi film ini. Setelah peluncuran resmi, Rantemario dijadwalkan akan diputar di berbagai negara di benua Eropa, termasuk Prancis dan Belanda.

Sara

Film Sara dari rumah produksi Bosan Berisik Lab, Ruang Basbeth Bercerita, dan Visionari Capital Film Fund juga berhasil menayangkan filmnya secara perdana di Busan International Film Festival 2023 (IBBF) pada bulan Oktober 2023.

Film ini menceritakan tentang Sara yang merupakan seorang wanita transpuan berusia 35 tahun yang harus kembali ke desanya setelah mendengar kabar pemakaman ayahnya. Di sana, ia baru mengetahui bahwa ibunya telah kehilangan ingatan tentangnya sebagai seorang putra akibat trauma kehilangan suami.

Penulis dan sutradara film Sara, Ismail Basbeth, ingin memperlihatkan bagaimana Sara berusaha menghidupi cerita yang dibuatnya sendiri, sesuai dengan keyakinan dan pemahamannya atas tubuhnya dan identitasnya sendiri untuk mempertahankan hidup dan martabatnya.

Dibintangi oleh deretan aktris dan aktor Tanah Air, yakni Asha Smara Darra, Christine Hakim, Mian Tiara, dan Jajang C. Noer. Film “Sara” masuk ke dalam dua program di BIFF 2023, yakni ‘Special Program in Focus: Renaissance of Indonesian Cinema’ dan ‘A Window on Asian Cinema.’

Budi Pekerti

Film selanjutnya yang mendapat apresiasi di luar negeri yakni Budi Pekerti. Film ini berhasil mendulang apresiasi dan respons positif dari audiens di Toronto International Film Festival (TIFF) 2023 karena cerita dan pesan yang disampaikan bertalian erat dengan kondisi global saat ini sekaligus kehidupan pribadi penonton di Toronto.

Budi Pekerti mendapat banyak respons positif seperti apresiasi terhadap estetika, kreativitas warna, sinematografi, dan artistik yang ditampilkan. Respons tak terduga lainnya adalah kedekatan sosok guru Prani dengan keseharian mereka yang kemudian memunculkan memori masa lalu.

Film yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja tersebut mengisahkan tentang sosok guru bimbingan konseling bernama Prani, diperankan oleh Sha Ine Febriyanti. Prani kemudian terkenal di jagat maya lantaran sebuah video berdurasi pendek yang lantas memunculkan banyak sentimen negatif dari warganet.

Film ini tayang di TIFF 2023 pada awal September 2023, dan masuk dalam program "Discovery" yang merupakan program khusus memperkenalkan dan mengapresiasi karya pertama atau kedua dari para sutradara visioner. Beberapa nama besar dunia sinema pernah mengisi program ini seperti Christopher Nolan, Yorgos Lanthimos, Warwick Thornton, Joachim Trier, dan David Gordon Green

Degayu: Against the Shore

Film dokumenter Indonesia berjudul Degayu: Against the Shore mencuri perhatian di antara ribuan kegiatan di COP28 UNFCCC, konferensi PBB untuk perubahan iklim yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab pada Desember 2023.

Film berdurasi 25 menit berbahasa Indonesia dengan subtitle bahasa Inggris itu berkisah tentang komunitas pesisir di kelurahan Degayu, Pekalongan, Jawa Tengah.

Film ini disutradarai oleh Ahsania AR Aghnetta berusia 23 tahun, yang ingin menghadirkan perspektif baru dalam menyampaikan krisis iklim, dan berharap para pembuat film dan aktivis seni menggunakan kreativitas mereka untuk menyuarakan penderitaan komunitas yang terlupakan.

Degayu yang mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh area pantai di seluruh dunia, dinilai sebagai bukti nyata yang memperkuat perlunya pendanaan untuk kerugian dan kerusakan akibat dampak perubahan iklim. Film ini dinilai membuka mata terhadap tantangan yang akan dihadapi di masa depan jika kondisi ini tidak segera berubah.

Selain di Paviliun Indonesia, film juga ditonton dan didiskusikan di Monash Pavilion, Civil Society Hub, serta acara gabungan YOUNGO (konstituensi pemuda untuk UNFCCC), ICLEI, dan Care About Climate.