<p>Ilustrasi crypto winter/Foto: Flickr</p>
Fintech

Ada Kemungkinan Terjadinya Crypto Winter, Investor Diperingatkan untuk Waspada

  • Pasar kripto yang mengalami downtrend besar-besaran mengindikasikan kemungkinan terjadinya crypto winter dan jadi peringatan bagi para investor untuk waspada.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Pasar kripto yang masih volatil tentunya membuat investor khawatir akan kemungkinan terjadinya crypto winter. Indikasi itu menjadi peringatan bagi para investor yang hendak entry ke pasar kripto.

Crypto winter adalah kondisi ketika nilai mata uang kripto mengalami penurunan drastis dan melemah dalam jangka waktu yang cukup lama. Crypto winter pernah terjadi pada tahun 2018 dan saat itu seluruh harga aset anjlok hingga kurang-lebih dua tahun. 

Terkait dengan kemungkinan terulangnya fenomena tersebut, trader Tokocrypto, Afid Soegiono, mengatakan bahwa sejauh ini para ahli belum bisa memastikan terjadinya crypto winter

"Semua para ahli belum bisa memastikan, tapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Jika Bitcoin benar-benar memasuki crypto winter, maka aset kripto lainnya akan ikut terpengaruh. Jika terjadi crypto winter, diperkirakan periodenya akan singkat," ujar Afid melalui keterangan pers Tokocrypto yang diterima TrenAsia.com, Jumat, 28 Januari 2022. 

Sama seperti instrumen lain pada umumnya, harga bearish merupakan fase yang tepat bagi para investor untuk melakukan pembelian. Akan tetapi, mengingat volatilitas kripto yang masih cukup tinggi, ditambah dengan belum adanya katalis positif yang dapat mengangkat performa, menjadi peringatan bagi investor untuk berhati-hati.

Mayoritas aset kripto mulai merangkak naik secara perlahan sejak Selasa, 25 Januari 2022, namun masih belum bisa dipastikan apakah fase koreksi sudah selesai dan tren positif akan terus berlanjut. 

Menurut Afid, meskipun sudah ada indikasi rebound dengan pemulihan yang sudah terlihat secara perlahan, namun koreksi besar terhadap aset kripto tetap perlu diwaspadai.

Afid pun menilai saat ini investor cenderung memberi respon negatif terhadap koreksi harga dan memilih untuk bersikap wait and see saat sejumlah peristiwa global membuat nilai Bitcoin dan kripto lainnya menurun. 

"Salah satu sentimen utama yang membuat harga BTC dan aset lainnya anjlok adalah pergerakan aset keuangan berbasis teknologi yang sedang drop di tengah isu pengetatan moneter yang bakal dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed). 

Selain itu, ada faktor lainnya seperti penolakan dari SEC (Securities Exchange Commission) terkait ETF (Exchange Traded Fund) Bitcoin Spot dan Bank Sentral Rusia melarang penggunaan dan penambangan cryptocurrency," jelasnya. 

Di tengah volatilitas aset-aset kripto, Afid pun mengingatkan bahwa setiap investor harus paham risiko dalam investasi cryptocurrency. Sangat penting untuk melakukan analisis fundamental dan teknikal untuk menentukan waktu yang tepat dalam membeli atau menjual.