Ada Ketimpangan Elektrifikasi, Menteri ESDM: Sedang Dievaluasi
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tak menampik beberapa daerah di Indonesia mengalami kelebihan pasokan listrik (oversupply), namun di sisi lain masih ada juga daerah yang kekurangan pasokan listrik.
Nasional
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tak menampik beberapa daerah di Indonesia mengalami kelebihan pasokan listrik (oversupply), namun di sisi lain masih ada juga daerah yang kekurangan pasokan listrik.
Menindaklanjuti hal tersebut, Arifin meminta jajarannya untuk mengevaluasi beberapa wilayah di Indonesia yang mengalami permasalahan tersebut.
"Ya jadi, kalau memang tiap-tiap wilayah Indonesia banyak yang kurang pasokan listrik dan ada yang lebih, ini kami sekarang mengevaluasi," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, beberapa waktu lalu.
- Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Meningkat Sepanjang Tahun 2022
- Awal Pekan, Harga Emas Antam Turun Tipis Rp2.000
- Pentingnya Regulasi Ketat dalam Mendorong Pertumbuhan Sehat di Industri Perbankan Indonesia
- IHSG Berpeluang Naik Selama di Atas Garis Support, Intip 6 Rekomendasi Saham Hari Ini!
Menteri ESDM ini menyebut, daerah yang mengalami kelebihan pasokan listrik yakni Pulau Jawa, sedangkan beberapa daerah di Sumatera masih mengalami kekurangan pasokan listrik, seperti Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
Adapun menurut Arifin,salah satu cara mengatasi kekurangan listrik di tengah kelebihan pasokan listrik di beberapa wilayah lainnya adalah dengan mentransmisikan listrik dengan kabel dari satu daerah ke daerah lainnya.
Selain itu, pembangunan pembangkit listrik terus dilakukan tapi Indonesia melupakan bagaimana mentransmisikan listrik tersebut ke seluruh wilayah Indonesia. Sehingga munculah ketidakseimbangan margin pasokan antar wilayah.
Sebelumnya, Kementerian ESDM mencatat kelebihan pasokan listrik di Tanah Air mencapai 40% atau sekitar 6 Giga Watt (GW). Kelebihan pasokan listrik ini yakni selisih antara beban konsumsi tertinggi dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik yang ada.
Hal tersebut disebutkan terjadi karena adanya ketidaksinkronan atau mismatch antara proyeksi permintaan dan realisasi permintaan listrik saat ini.