Ada Pelanggaran Hak Cipta, Twitter Digugat Asosiasi Penerbit Musik Rp3,7 Triliun
- Sekelompok penerbit musik telah mengajukan gugatan US$250 juta atau kisaran Rp3,7 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) terhadap Twitter.
Ekonomi Global
CALIFORNIA - Sekelompok penerbit musik telah mengajukan gugatan US$250 juta atau kisaran Rp3,7 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) kepada Twitter. Gugatan dilayangkan karena media sosial ini diklaim melakukan pelanggaran hak cipta selama bertahun-tahun.
Mengutip Fox News Selasa, 20 Juni 2023, para penerbit musik mengatakan pelanggaran hak cipta menjadi lebih buruk sejak platform tersebut berada di bawah pemilik baru Elon Musk.
Adapun gugatan yang diajukan oleh sekelompok 17 penerbit yang dipimpin oleh Asosiasi Penerbit Musik Nasional (National Music Publishers Association). Dalam tuduhannya, asosiasi menuduh bahwa Twitter telah bertahun-tahun mendapat keuntungan secara tidak adil dari pelanggaran hak cipta.
Pelanggaran dilakukan dengan dengan mengizinkan pengguna untuk berbagi musik tanpa izin. Sementara pesaing seperti TikTok, Meta, dan Snapchat semuanya membayar biaya lisensi.
"Ketersediaan video dengan musik, termasuk salinan komposisi musik Penerbit, memajukan kepentingan finansial Twitter baik karena mendorong keterlibatan pengguna. Dengan demikian pendapatan iklan, dan karena Twitter tidak membayar biaya untuk melisensikan komposisi musik," tulis gugatan tersebut.
- Melambung 204,71 Persen, Buana Finance Catat Laba Bersih Rp87,46 Miliar pada 2022
- 37 Negara Jadi Saksi Kegigihan Indonesia Saat Ladeni Argentina
- Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Terindikasi Meningkat pada Mei 2023
Lebih rinci, gugatan tersebut menuduh bahwa masalah tersebut menjadi lebih buruk sejak Musk membeli platform itu. Untuk memperkuat, asosiasi menyertakan tangkapan layar dari tweet pemilik yang mengkritik aturan hak cipta.
"Undang-undang hak cipta saat ini secara umum jauh melampaui perlindungan pencipta asli. DMCA yang terlalu bersemangat adalah wabah bagi umat manusia," tulis Musk pada akun Twitternya Mei tahun lalu.
Menurut gugatan asosiasi, pernyataan ini dan lainnya seperti itu memberikan tekanan pada karyawan Twitter. Termasuk mereka yang ada di tim kepercayaan dan keamanannya pada masalah yang berkaitan dengan hak cipta dan pelanggaran.
Ada kisaran 1.700 lagu termasuk dalam gugatan. Lagu tersebut diklaim diunggah oleh pengguna yang telah diidentifikasi dalam beberapa pemberitahuan sebelumnya. Meski begitu, namun Twitter tidak segera menghapus atau menonaktifkan akses.
"Kebijakan Twitter menunjukkan bahwa Twitter memandang dirinya sendiri, bukan hukum, sebagai wasit atas konten apa yang diizinkan di platform Twitter," bunyi gugatan tersebut.