<p>Syarif Hidayat, Direktur Kepabeanan Internasional dan Antarlembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam diskusi media di Kementerian Keuangan, Jakarta. Selasa, 3 Maret 2020</p>
Industri

Ada Penurunan Impor 25% dari China

  • JAKARTA – Direktur Kepabeanan Internasional dan Antarlembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Syarif Hidayat mengakui adanya penurunan tren pada arus devisa impor dari China sebanyak 25,19% dibandingkan tahun lalu. Pada akhir Februari 2020, tercatat nilai impor dari China hanya senilai US$ 463 juta. Angka ini turun jika dibandingkan dengan catatan impor dari China pada […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Direktur Kepabeanan Internasional dan Antarlembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Syarif Hidayat mengakui adanya penurunan tren pada arus devisa impor dari China sebanyak 25,19% dibandingkan tahun lalu.

Pada akhir Februari 2020, tercatat nilai impor dari China hanya senilai US$ 463 juta. Angka ini turun jika dibandingkan dengan catatan impor dari China pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 740 juta.

“Sejak ada virus corona, memang ada penurunan, sekarang di angka US$463 juta,” kata Syarif saat ditemui media di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa 3 Maret 2020.

Syarif mengakui jika tiap tahun tren impor selalu turun saat tahun baru dan imlek dan baru akan kembali naik dua minggu setelahnya. Namun, penurunan pada 2020 ini tidak kembali menunjukkan pergerakan naik karena terganggunya aktivitas ekspor-impor akibat virus corona.

“Biasanya habis imlek itu rebound, tapi sampai sekarang belum. Kita tunggu momen virus corona reda baru impor bisa jalan normal lagi.”

Meski impor dari China masih turun, grafik impor dari lima negara importir terbesar yakni Jepang, Korea Selatan, Thailand, Amerika Serikat, dan Singapura masih berjalan normal. Tercatat per 29 Februari 2020, jumlah impor hasil kalkulasi lima negara importir senilai US$1.169 miliar.

Adapun komoditas yang paling rendah nilai impornya adalah komputer dengan nilai US$16,7 juta. Meski begitu, penurunan paling drastis selama periode pascaimlek terjadi di komoditas mesin, dengan menurunan sebanyak US$103.3 juta.

Virus corona diketahui melumpuhkan banyak aktivitas produksi di China. Terhentinya produksi membuat bahan baku yang biasanya diimpor dari China menjadi sebab turunnya laju impor.