<p>Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed). / Pixabay</p>
Finansial

Ada Potensi The Fed Kerek Suku Dua Kali Lagi di Sisa Tahun 2023, Simak Penjelasannya

  • Berbeda dengan BI maupun Citi, Senior Economist Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani memandang bank sentral AS masih punya potensi untuk menaikkan suku bunga dua kali lagi dengan kenaikan masing-masing sebanyak 25 basis poin.
Finansial
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) memiliki potensi untuk mengerek suku bunga dua kali lagi di sisa tahun 2023. Padahal, Bank Indonesia (BI) memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sekali lagi di sisa tahun ini, yakni pada September.

Sementara itu, Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman memiliki proyeksi yang sedikit berbeda dengan BI.

Jika BI memprediksi The Fed akan menaikan suku bunganya pada September, Helmi memproyeksikan The Fed baru akan menaikkannya pada November.

"Citi masih memperkirakan The Federal Reserve Fund Rate akan naik satu kali lagi ke 5,75%, tapi di bulan November," kata Helmi dalam konferensi pers di Jakarta beberapa waktu lalu.

Berbeda dengan BI maupun Citi, Senior Economist Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani memandang bank sentral AS masih punya potensi untuk menaikkan suku bunga dua kali lagi dengan kenaikan masing-masing sebanyak 25 basis poin.

Menurut Aviliani, potensi tersebut dilatarbelakangi oleh diturunkannya peringkat kredit sejumlah bank kecil hingga menengah di AS oleh lembaga pemeringkat utang Moody's.

Tidak berhenti sampai di sana, Moody's pun kini dilaporkan tengah memantau bank-bank besar di AS seperti State Street, Truist Financial, dan US Bancorp untuk kemungkinan penurunan peringkat kreditnya pula.

Menurut Aviliani, secara historis penurunan peringkat kredit ini akan diikuti oleh naiknya suku bunga dari bank sentral.

Dengan demikian, setelah sebelumnya pihak The Fed menyampaikan bahwa pihaknya masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga satu kali lagi saja, kini ada potensi baggi bank sentral negeri Paman Sam untuk tingkatkan kembali agresivitasnya.

"Biasanya ya, kalau (lembaga pemeringkat) menurunkan rating itu cenderung suku bunganya pasti naik lagi kan karena biasanya ada hubungannya selalu antara rating dengan tingkat suku bunga. Makanya, tadi yang harusnya tinggal 25 basis poin, bisa jadi sampai 50 basis poin sampai akhir tahun," ujar Aviliani  seusai acara UOB Media Literacy di Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023 lalu.

Menurut Aviliani, kemungkinan suku bunga The Fed baru diturunkan pada tahun depan, namun penurunannya diprediksi tidak akan terlalu besar karena adanya kemungkinan resesi dan apabila inflasi di AS tidak mengalami penurunan signifikan.

Untuk di dalam negeri, Aviliani memperkirakan BI akan melakukan penahanan suku bunga dan tidak mengikuti langkah The Fed untuk mengerek suku bunganya dua kali lagi.

Pasalnya, BI harus menjaga perkembangan ekonomi dalam negeri. Kemudian, jika inflasi Indonesia tidak tinggi atau melambat dalam perjalanan menuju akhir tahun, bank sentral domestik dikatakan Aviliani tidak memiliki alasan untuk menggenjot suku bunga.

"Nah, makanya sekarang devisa hasil ekspor (DHE) itu untuk kompensasi juga supaya nilai tukar kita bisa," lanjut Aviliani.

Walaupun optimis BI akan menahan suku bunganya, namun Aviliani tidak memungkiri peluang kenaikan inflasi di Indonesia apabila terjadi gangguan pada rantai pasok pangan di dalam negeri akibat fenomena El Nino.

Namun, selama rantai pasok tetap terjaga, maka level inflasi pun diproyeksikan tidak akan terlalu tinggi sehingga BI pun tidak perlu mengikuti langkah The Fed.