Nasional

Ada Risiko Stagflasi hingga Resesi, Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Masih Terjaga

  • Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan situasi ekonomi dan keuangan Indonesia masih masih terjaga di tengah ancaman resesi dan stagflasi.
Nasional
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA -  Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan situasi ekonomi dan keuangan Indonesia masih masih terjaga di tengah ancaman resesi dan stagflasi.

Hal tersebut diungkapkan dari hasil pertemuan KSSK III bersama Bank Indonesia (BI), OJK. Ditengah ancaman yang ada KSSK terus mewaspadai risiko yang akan terjadi kedepanya serta mencari langkah mitigasi.  

"SSK berada dalam kondisi yang masih terjaga di tengah tekanan perekonomian global yang meningkat sebagai akibat berlanjutnya perang di Ukraina dan tekanan inflasi global serta respons kebijakan moneter global yang lebih agresif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK pada Senin 1 Agustus 2022.

Menkeu mengatakan pertumbuhan ekonomi global seperti negara Eropa, Jepang, Cina, dan India diperkirakan lebih rendah dari yang diproyeksikan sebelumnya, selain itu ancaman stagflasi dan ketidakpastian pasar global terus menghantui.

Bank Dunia dan IMF sebelumnya telah merevisi penurunan proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2022, yaitu dari 4,1 menjadi 2% yang dilakukan oleh bank dunia. Dan  untuk proyeksi IMF dari sebelumnya 3,6% direvisi menjadi 3,2%.

Sekedar informasi tambahan, stagflasi sendiri merupakan kondisi di mana, menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran, yang sering terjadi pada masa resesi.

"Ini juga meningkatkan terjadinya fenomena stagflasi yaitu inflasi tinggi yang dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang melemah," sambung Sri Mulyani.

Lebih lanjut Sri Mulyani membeberkan, berbagai negara seperti Amerika Serikat telah lebih dulu merespons lonjakan inflasi dengan melakukan pengetatan kebijakan moneter. Hal ini dinilai Menkeu, menyebabkan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat tertahan.