Ilustrasi tambang batu bara.
Energi

Bisnis Batubara Booming, Adaro Setor ke Negara Rp34 Triliun

  • Kontribusi PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) dari royalti batubara dan pajak selama 6 bulan terakhir terus menanjak.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kontribusi PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) ke negara selama 6 bulan terakhir terus menanjak. Berdasarkan laporan arus kas operasi per semester I-2023, perseroan tercatat telah membayarkan royalti dan pajak final sebesar US$2,29 miliar atau sekitar Rp34 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS). Rinciannya, biaya royalti batu bara sebesar US$921,41 juta, sementara pajak badan final dan pajak penghasilan final senilai US$1,37 miliar.

“ADRO membayar pajak penghasilan sebesar US$1,37 miliar, terutama karena pelunasan pajak FY22 diselesaikan pada 1H23. Efektif pada tahun 2023, tarif pajak penghasilan badan Adaro Indonesia turun menjadi 22 persen dari 45 persen,” jelas Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Energi Indonesia Tbk, Garibaldi Thohir, Rabu, 23 Agustus 2023.

Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu, total royalti dan pajak final yang dibayarkan Adaro sebesar US$875,37 juta atau sekitar Rp13 triliun.

Dalam pernyataan resminya Adaro menyatakan, pada tahun ini royalti kepada Pemerintah naik 67% dari US$511 juta menjadi US$853 juta, sedangkan beban pajak penghasilan turun 65% menjadi US$244 juta dari US$696 juta. Setelah memperoleh IUPK-KOP pada bulan September 2022.

Adaro menerapkan ketentuan perpajakan dan PNBP sesuai aturan yang berlaku mulai 1 Januari 2023. IUPK-KOP tersebut meningkatkan tarif royalti AI dari 13,5% menjadi 14% sampai 28%.

Namun jika diliat dari sisi pajak penghasilan badan turun dari 45% menjadi 22%. IUPK-KOP ini juga mengakibatkan perubahan pada bisnis AI, seperti porsi PNBP bagi pemerintah pusat dan daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

Tidak hanya memberikan setoran besar kepada pemerintah, laporan keuangan perseroan mencatat, pada semester I tahun ini, Adaro juga telah membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya sebesar US$1 miliar atau sekitar Rp15 triliun.

Besaran dividen itu merupakan dividen final untuk tahun buku 2022. Pada tahun lalu, Adaro tercatat membukukan laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk sebanyak US$2,49 miliar.

Pendapatan ADRO pada semester I 2023 tercatat $3.479 juta, atau turun 2% dari 1H22. Produksi dan penjualan naik 19%, masing-masing menjadi 33,41 juta ton dan 32,62 juta ton, yang diofset dengan koreksi harga batu bara, dengan ASP yang turun 18%.

Akibat koreksi harga, pada semester I 20223, ADRO mencatat laba inti sebesar US$1,02 miliar, turun 29% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai US$1,44 miliar.

Menurut Boy Thohir, paruh pertama tahun 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya. Walaupun ada tantangan-tantangan ini, Adaro berhasil mencatat margin yang sehat dengan menghasilkan laba inti US$1.024 juta.

“Kami juga siap untuk ambil bagian dalam inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang mendapatkan pemenuhan keuangan di bulan Mei lalu. Hal ini menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan di jangka panjang 
melalui strategi tiga pilar,” tandasnya