Direktur PT CIMB Niaga Sekuritas I Wayan Gemuh Kertaraharja, Direktur Pengembangan Bisnis PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) Rozi Sparta,Direktur Utama ADCP Rizkan Firman, Direktur Keuangan, Manajemen Resiko, dan Human Capital Mochamad Yusuf berbicara dalam acara Konferensi Pers Public Expose ADCP di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Jumat 12 November 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Adhi Commuter Properti (ADCP) Kurangi Porsi Penerbitan Saham Dalam IPO dan Patok Harga Bawah

  • Menurut sumber yang mengetahui hal ini, perseroan bakal menurunkan porsi penerbitan saham dari sebelumnya 28,6% menjadi hanya 10%.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Emiten properti anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) berencana mengurangi porsi penerbitan saham dalam agenda penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

Menurut sumber yang mengetahui hal ini, perseroan bakal menurunkan porsi penerbitan saham dari sebelumnya 28,6% menjadi hanya 10%. Bahkan, ADCP juga akan mematok harga terendah pada penawaran umum nanti.

“Keputusan ini diambil karena adanya kekhawatiran kurang terserapnya saham pada masa penawaran nanti,” ujar sumber tersebut kepada TrenAsia.com, Jumat 24 Desember 2021.

PT Bahana Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang merupakan penjamin pelaksana emisi efek dalam proses IPO ADCP tidak memberikan respons saat dikonformasi terkait rumor tersebut.

Melansir prospektusnya, perseroan berencana menerbitkan 8.011.204.500 lembar saham baru atau sebanyak-banyaknya 28,6% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Adhi Commuter mematok harga penawaran pada kisaran Rp130 – Rp200 per saham dengan potensi pendanaan mencapai Rp1,6 triliun. Jika perubahan ini terjadi, maka total pendanaan yang akan diterima perseroan akan jauh dari target sebelumnya.

Rencananya, 45% dana hasil IPO akan digunakan perseroan untuk pengembangan proyek eksisting dan proyek recurring (proyek yang mendapatkan pendapatan berulang).

Selanjutnya, sekitar 35% akan digunakan untuk akuisisi atau pengembangan lahan baru. Sementara sisanya sekitar 20% akan digunakan untuk pembayaran kembali sebagian pokok obligasi SERI A.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Rabu, 1 Desember 2021, perseroan berhasil menekan beban pokok pendapatan sebesar 60,90% year-on-year (yoy) dari Rp579,23 miliar menjadi Rp226,46 miliar pada kuartal III-2021.

Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan usaha perseroan menyusut dari Rp699,09 miliar menjadi Rp292,47 miliar per 30 September 2021. Laba kotor ikut turun menjadi Rp66,01 miliar dari Rp119,86 miliar pada triwulan ketiga tahun lalu.

Dengan catatan tersebut, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp46,81 miliar. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi laba bersih periode yang sama tahun 2020, sebesar Rp88,21 miliar.