
ADHI dan PTPP Hadapi Tantangan Kontrak Baru 2025 di Tengah Penghematan Anggaran
- PTPP menetapkan target kontrak baru lebih konservatif, tumbuh 5% dari realisasi 2024 sebesar Rp27,09 triliun.
Bursa Saham
JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menghadapi tantangan besar mencapai target kontrak baru 2025 di tengah penghematan anggaran. Kedua perusahaan harus menyusun strategi agar tetap tumbuh meskipun dana pemerintah berkurang.
ADHI menargetkan kontrak baru Rp27 triliun hingga Rp28 triliun pada 2025, naik hampir 40% dibandingkan realisasi 2024 yang senilai Rp20,01 triliun. Sekretaris Perusahaan ADHI, Rozi Sparta, menyatakan perseroan akan mengalihkan fokus portofolio kontrak ke proyek yang didanai BUMN dan sektor swasta.
Strategi ini dilakukan untuk merespons penurunan anggaran infrastruktur dalam APBN 2025. "Perseroan menyusun target kinerja keuangan 2025 dengan mempertimbangkan berbagai potensi dan tantangan yang ada," ujarnya. ADHI akan meningkatkan pendapatan dengan mempercepat proyek, menambah kontrak, dan mengoptimalkan efisiensi operasional.
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 08 Maret 2025 untuk Wilayah DKI Jakarta
- Soal Disertasi, Bahlil Pastikan Ikuti Keputusan UI
- Trump Melunak, Perang Dagang dengan Kanada dan Meksiko Sebagian Ditangguhkan
Di sisi lain, PTPP menetapkan target kontrak baru lebih konservatif, tumbuh 5% dari realisasi 2024 sebesar Rp27,09 triliun. Perusahaan ini berencana mempertahankan dominasinya di sektor gedung, yang pada 2024 menyumbang 31,19% dari total kontrak baru.
Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, menyatakan mayoritas kontrak baru masih berasal dari proyek gedung, jalan, jembatan, dan pelabuhan. “PTPP menargetkan pertumbuhan kontrak baru sebesar 5% dari realisasi 2024, dengan proyek gedung 31,19%, jalan dan jembatan 26,47%, serta pelabuhan 12,95%,” ujarnya.
Meskipun mendapat proyek baru, kinerja keuangan PTPP menunjukkan tekanan. Sepanjang 2024, PTPP membukukan laba bersih Rp415,65 miliar, turun 13,65% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp481,37 miliar. Padahal, pendapatan usaha tumbuh 7,30% YoY menjadi Rp19,81 triliun.
Pendapatan ini ditopang segmen jasa konstruksi yang meningkat 10,19% YoY menjadi Rp16,17 triliun. PTPP juga menghadapi kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 6,82% YoY menjadi Rp17,17 triliun. Laba kotor perseroan pada 2024 tercatat Rp2,63 triliun, naik 10,53% dari tahun sebelumnya.
Namun, tekanan dari beban lain-lain menyebabkan laba bersih tetap menurun. Sementara itu, ADHI justru mencatat peningkatan laba bersih 17,98% menjadi Rp252,49 miliar, meskipun pendapatan usaha mengalami penurunan. Ini menunjukkan efektivitas strategi efisiensi operasional yang diterapkan manajemen.
Di tengah penurunan anggaran infrastruktur, langkah ADHI dan PTPP mencari peluang di sektor swasta dan BUMN menjadi kunci keberlanjutan bisnis. Kedua perusahaan harus tetap adaptif agar pertumbuhan tetap terjaga di tengah kondisi pasar yang semakin kompetitif.