Adidas Proyeksikan Laba Tinggi Setelah Putus Kontrak dengan Kanye West
- Perusahaan perlengkapan olahraga asal Jerman, Adidas mengharapkan laba operasional hampir dua kali lipat menjadi sekitar €500 juta (US$542,3 juta setara Rp8,55 triliun dengan asumsi kurs Rp15.766) tahun ini setelah berhenti bekerja sama dengan rapper Kanye West dan menghentikan lini bisnis Yeezy.
Dunia
JAKARTA - Perusahaan perlengkapan olahraga asal Jerman, Adidas mengharapkan laba operasional hampir dua kali lipat menjadi sekitar €500 juta (US$542,3 juta setara Rp8,55 triliun dengan asumsi kurs Rp15.766) tahun ini setelah berhenti bekerja sama dengan rapper Kanye West dan menghentikan lini bisnis Yeezy.
Dikutip TrenAsia.com dari Reuters pada Kamis, 1 Februari 2024, tahun 2023 lalu, Adidas mencatat laba operasional sebesar €268 juta setara Rp4,55 triliun (kurs Rp17.000), menurut pengumuman pendapatan yang tidak terjadwal, turun dari €669 juta euro atau setara Rp11,37 triliun dari tahun sebelumnya. Meski begitu, angka tersebut jauh lebih baik dari perkiraan kerugian sebesar €100 juta setara Rp1,7 triliun yang sebelumnya diumumkan oleh CEO Bjorn Gulden.
Gulden, yang memimpin perusahaan sejak awal 2023, telah melakukan perubahan di perusahaan setelah putusnya kontrak kerja dengan rapper Kanye West, yang dikenal sebagai Ye. Akibat putusnya hubungan tersebut, Adidas terdampak dengan sepatu Yeezy senilai €1,2 miliar atau setara Rp20,4 triliun yang tidak terjual.
- Tak Lagi Terikat Kontrak Individual YG Entertainment, Fans Sebut Lisa BLACKPINK “Bebas”
- Selesaikan Proses Investasi, Sah Tiktok Pegang Saham Pengendali Tokopedia
- Berhasil Buka 7000 Gerai di China, Starbuck Targetkan 9000 Gerai di Tahun 2025
Untuk diketahui, pemutusan kerja sama ini dilakukan sebagai buntut dari ungkapan antisemit yang dilontarkan oleh Kanye West. Adidas menilai, sikap West membahayakan nilai perusahaan yang menjunjung tinggi keberagaman.
Tak hanya Adidas, beberapa brand lain juga turut memutus kerja sama mereka dengan Kanye West di periode yang bebarengan seperti GAP dan Balenciaga.
Pemutusan ini dilakukan pada Oktober 2022 dan berhentinya kemitraan ini membuat Adidas menyetop produksi produk bermerk Yeezy dan menghentikan semua pembayaran kepada Yeezy dan perusahaannya.
Adidas pertama kali didirikan oleh pegusaha asal Jerman Adolf Adi Dassler pada tahun 1949. Sebelum mendirikan Adidas, Adi Dassler dan saudaranya Rudolf Dassler memiliki perusahaan sepatu bersama yang disebut "Gebrüder Dassler Schuhfabrik" (Pabrik Sepatu Bersaudara Dassler). Perusahaan ini awalnya berfokus pada pembuatan sepatu olahraga.
Hingga saat ini, Adidas terus berkembang menjadi salah satu merek olahraga terbesar di dunia dengan fokus pada inovasi produk, sponsor atlet terkenal, dan kolaborasi dengan desainer ternama. Adidas menjadi ikon dalam industri pakaian dan alas kaki olahraga, dengan ciri khas tiga garis paralel yang menjadi logo merek mereka.