Gedung Adaro Energy di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

ADRO Bidik Kenaikan Produksi dan Ekspor Batu Bara, Ini Kata Analis

  • Prospek dan target saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tetap prospektif, didukung oleh kinerja keuangan semester I-2024 yang sesuai dengan perkiraan.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Prospek dan target saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tetap prospektif, didukung oleh kinerja keuangan semester I-2024 yang sesuai dengan perkiraan. Hal ini diperkuat oleh lonjakan volume produksi yang melampaui ekspektasi, meskipun penurunan rata-rata harga jual memicu penurunan laba bersih.

Dalam riset terbarunya, DBS Sekuritas merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp4.000 per saham. Target ini didasarkan pada kinerja keuangan perseroan yang sesuai dengan perkiraan semester I, serta peluang kenaikan harga batu bara menjelang kuartal akhir tahun ini.

“Kami mengantisipasi kenaikan rata-rata harga jual batu bara pada kuartal IV, dengan target lebih tinggi dari realisasi kuartal III tahun ini. Kenaikan tersebut memperkuat potensi laba bersih yang lebih tinggi pada paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan paruh pertama 2024,” tulis DBS Sekuritas dalam risetnya dikutip pada Jumat, 30 Agustus 2024. 

Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memberikan pandangan positif terhadap aktivitas pertambangan batu bara nasional hingga Juli 2024. Total produksi batu bara Indonesia mencapai 451 juta ton, meningkat 6% secara tahunan, yang menunjukkan pertumbuhan yang stabil.

Research Analyst Mirae Asset, Rizkia Darmawan, menyatakan bahwa realisasi produksi tersebut sudah mencerminkan 52% dari target rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) serta 67% dari target Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Produksi batu bara pada bulan Juli juga naik 10,5% secara bulanan menjadi 72 juta ton, pulih dari penurunan 8% pada bulan Juni. Kenaikan ini didukung oleh kondisi cuaca yang menguntungkan, dan produksi kuartal III-2024 diperkirakan akan tumbuh 6% secara kuartalan menjadi 213 juta ton,” ungkapnya dalam riset.

Namun, Darmawan menekankan bahwa musim hujan pada kuartal IV-2024 dapat menyebabkan penurunan produksi batu bara Indonesia sebesar 5% menjadi 203 juta ton. 

“Berdasarkan perkiraan kami untuk semester II-2024, produksi batu bara nasional hingga akhir tahun 2024 akan mencapai 820 juta ton. Angka ini 15% di atas target pemerintah dan 89% dari RKAB. Cuaca dan permintaan akan menjadi kunci untuk mencapai target ini,” jelasnya.

Tren Berlanjut

Kenaikan produksi didorong oleh konsumsi batu bara domestik Indonesia, sejalan dengan peningkatan penggunaan energi dan pertumbuhan kegiatan manufaktur, terutama di sektor hilir seperti pabrik peleburan nikel. 

Darmawan bilang tren ini diharapkan terus berlanjut dengan proyeksi peningkatan konsumsi domestik sebesar 12% secara tahunan menjadi 387 juta ton pada 2024, dibandingkan dengan 345 juta ton pada 2023.

Permintaan ekspor juga diperkirakan akan tumbuh pada semester II-2024, sehingga ekspor batu bara tahun ini bisa meningkat 3% secara tahunan menjadi 418 juta ton.

 “Ke depan, target produksi agresif Indonesia dapat menyebabkan pertumbuhan pasokan melampaui permintaan, terutama dari China. Oleh karena itu, kami tidak mengantisipasi adanya lonjakan signifikan,” tambahnya.

Melihat berbagai faktor tersebut, Mirae Asset mempertimbangkan untuk merevisi naik rekomendasi dan target harga saham Adaro Energy (ADRO). ADRO tetap menjadi pilihan utama saham batu bara, didukung oleh kinerja operasional yang kuat dan biaya tunai yang lebih rendah.