ADRO Raup Pendapatan US$4,45 Miliar Di Tengah Penurunan Produksi Batu Bara
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatat pendapatan kuartal III-2024 sebesar US$4,45 miliar, meskipun dihadapkan pada penurunan produksi dan harga batubara global.
Bursa Saham
JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melaporkan kinerja keuangan untuk kuartal III-2024. Emiten yang terafiliasi dengan Garibaldi Thohir ini berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$4,45 miliar, meskipun di tengah penurunan produksi dan harga batubara global.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Rabu malam, 30 Oktober 2024, pendapatan usaha ADRO mengalami penurunan sebesar 10,6% secara year-on-year (YoY), dari US$4,98 miliar menjadi US$4,45 miliar.
Jika dirinci, penjualan batubara di pasar domestik berkontribusi sebesar US$751,7 juta, yang mencerminkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Sementara itu, dari pasar ekspor tetap menjadi kontribusi utama pendapatan ADRO dengan meraup cuan sebesar US$3,48 miliar.
- Ajang NextGen Fest by Prudential: Membuka Jalan Bagi Generasi Muda Menjadi Entrepreneur Tangguh
- FSP RTMM-SPSI Telah Berupaya Dialog Soal Penyeragaman Kemasan Rokok, Namun Pemerintah Mengabaikan
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 31 Oktober 2024 untuk Wilayah DKI Jakarta
Selain itu, ADRO juga memperoleh pendapatan sebesar US$53,4 juta dari kategori lain-lain yang mencakup berbagai jasa tambahan dan transaksi minor. Namun, kontribusi dari sisi jasa pertambangan tercatat tidak signifikan pada tahun ini, berbeda dengan periode sebelumnya yang mencakup pendapatan dari jasa sewa dan pertambangan domestik.
Penurunan pendapatan ADRO ini juga diiringi oleh produksi batubara perseroan yang mencapai 39,79 juta ton, sedikit di bawah periode yang sama tahun lalu sebesar 40,39 juta ton.
Hal tersebut diikuti oleh pengurangan beban pokok pendapatan dari US$2,99 miliar menjadi US$2,69 miliar, yang menghasilkan laba bruto sebesar US$1,76 miliar. Beban usaha perusahaan juga berkurang, dari US$332 juta menjadi US$255 juta, sehingga meningkatkan efisiensi operasional ADRO.
Setelah memperhitungkan penghasilan dan biaya keuangan, ADRO berhasil memperoleh laba sebelum pajak sebesar US$1,63 miliar, yang akhirnya menghasilkan laba bersih sebesar US$1,33 miliar, sedikit menurun dari US$1,38 miliar pada tahun sebelumnya.
Di sisi neraca keuangan, total aset ADRO mengalami kenaikan menjadi US$10,91 miliar per 30 September 2024, meningkat dari US$10,47 miliar pada akhir tahun 2023. Total liabilitas perusahaan tercatat menurun, dari US$3,06 miliar menjadi US$2,75 miliar.
Sementara itu, total ekuitas mengalami kenaikan signifikan dari US$7,41 miliar pada akhir tahun lalu menjadi US$8,15 miliar, mencerminkan posisi keuangan perusahaan yang semakin kuat dan stabil.
Pada perkembangan lain, ADRO memperoleh persetujuan pemegang saham atas rencana aksi korporasi untuk melakukan spin-off anak usaha mereka, PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), dalam RUPSLB baru-baru ini.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Garibaldi Thohir menyatakan bahwa ADRO bermaksud untuk terus mengupayakan ekspansi strategis dan diversifikasi di segmen non-pertambangan batubara guna menciptakan portofolio bisnis yang lebih seimbang dan mencapai target untuk menghasilkan sekitar 50% pendapatan dari sektor non-batubara termal paling lambat pada 2030.
“Kami berterima kasih kepada para pemegang saham atas partisipasi dan dukungan mereka sehingga RUPSLB ini dapat terselenggara, dan kita dapat mencapai tujuan serta melaksanakan rencana transaksi material,” kata Boy Thohir dalam siaran persnya, Jumat, 18 Oktober 2024.
Dia melanjutkan bahwa ADRO memandang langkah ini sebagai strategi yang efektif untuk memaksimalkan kinerja PT Adaro Andalan Indonesia dan pilar bisnis non-batubara termal. Langkah tersebut memungkinkan masing-masing perusahaan untuk fokus pada pengembangan kekuatan inti dan terus memanfaatkan sumber daya serta potensi yang dimiliki.