Pengunjung merasakan teknologi di House Of Future by V2 yang berada di Mal Plaza Indonesia, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Tekno

Adu Budaya Kerja Google Vs Meta, Mana Juaranya?

  • Tawarkan beragam fasilitas serta budaya kerja sehat, tak sedikit para pencari kerja mengidamkan menjadi bagian dari Meta dan Google.

Tekno

Rizky C. Septania

CALIFORNIA - Google dan Meta menjadi perusahaan teknologi ang banyak diincar oleh para insinyur. Menawarkan beragam fasilitas serta budaya kerja sehat, tak sedikit para pencari kerja mengidamkan menjadi bagian dari Meta dan Google.

Jika kedua perusahaan teknologi ni diadu, lantas, manakah yang menjadi pemenangnya dari segi budaya kerja?

Mengutip Insider, seorang manajer produk yang pernah bekerja dengan Google dan Meta, Daniel McKinnon mengungkapkan plus minus serta perbedaan budaya kerja dari dua raksasa teknologi.

Daniel McKinnon sendiri merupakan manajer produk di Meta antara tahun 2018 dan 2022. Dia berhenti bekerja di Google selama dua tahun sebelum kembali ke Meta pada bulan Februari untuk mengerjakan kacamata AI Ray-Ban milik perusahaan tersebut.

Lewat tulisan di blog pribadinya, McKinnon menuturkan  bahwa meskipun kedua perusahaan tersebut tampak serupa, calon kandidat harus mengetahui beberapa perbedaan utama di antara keduanya. Mulai dari keseimbangan kehidupan kerja hingga kompensasi.

"Meta dan Google adalah perusahaan teknologi fenomenal di mana PM hebat bisa berkembang. Jika seseorang mencari pertumbuhan dengan mengorbankan stres dan tekanan, Meta mungkin lebih cocok," tulis McKinnon sebagaimana dikutip TrenAsia.com

Ia menambahkan, bagi mereka yang ingin memprioritaskan keseimbangan kehidupan kerja, stabilitas, dan keamanan kerja,maka Google bisa menjadi pilihan.

Lebih rinci lagi, berikut perbandingan budaya kerja antara Google dan Meta dari 5 Aspek yang bisa menjadi pertimbangan.

1. Kompensasi

Dari kompensasi, baik Meta dan Google menawarkan gaji, bonus, dan hibah unit saham terbatas kepada manajer produk. Tapi, kedua perusahaan memiliki struktur pembayaran yang berbeda.

McKinnon menulis bahwa Meta mendistribusikan RSU-nya secara merata selama empat tahun sementara Google memberikan dana hibahnya terlebih dahulu.Alhasil,70% dari stok disediakan dalam dua tahun pertama masa kerja.

Secara keeluruhan, karyawan Google pada umumnya mungkin mendapat penghasilan lebih sedikit setiap tahun karena perusahaan menawarkan penyegaran saham yang jauh lebih kecil daripada Meta. Sebab, beberapa pemberi kerja memberikan kompensasi atau penyegaran saham yang pada dasarnya lebih banyak saham setelah hibah saham awal diberikan sebagai insentif bagi karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan.

“Penyegaran di Google secara signifikan lebih kecil dibandingkan Meta untuk tingkat yang sama dan pengganda peran serta kinerja jauh lebih langka,” tulis McKinnon.

Namun di sisi lain, karyawan di Google dapat dinilai memiliki dampak signifikan terhadap perusahaan namun tidak menerima bonus tambahan atau penyegaran saham.

Dalam sebuah pernyataan,juru bicara Google membantah pernyataan McKinnon bahwa karyawan mendapat penghasilan lebih sedikit setiap tahunnya. Hal  ini dikarenakan lantaran mereka tidak diberikan bonus tambahan atau penyegaran saham karena memiliki peringkat dampak signifikan.

Juru bicara tersebut juga mencatat bahwa sebagian besar Karyawan Google menerima kenaikan kompensasipada tahun 2024, termasuk kenaikan gaji, hibah ekuitas, dan bonus.

Pada Maret lalu, Insider melaporkan karyawan Google menerima paket kompensasi yang lebih kecil tahun ini.

Seorang karyawan mengatakan kepada BI bahwa penyegaran saham tersebut jauh lebih kecil dibandingkan apa yang pernah ditawarkan Google sementara seorang manajer mengatakan beberapa pekerja mengalami penurunan total kompensasi meskipun menerima peringkat luar biasa.

2. Peluang Proyek

McKinnon menggambarkan Meta dan Google sebagai perusahaan bottom-up yang sebagian besar idenya berasal dari tim kecil.

"Baik Gmail (Google) dan Marketplace (Meta) terkenal sebagai proyek sampingan yang tumbuh menjadi komponen utama bisnis," tulis McKinnon.

Namun, perusahaan mengevaluasi dan mendukung ide-ide baru secara berbeda. McKinnon, mengatakan bahwa kepemimpinan Meta bisa saja antusias terhadap proyek-proyek baru dan mengejarnya "secara agresif". Namun di sisi lain, ide tersebut dapat dengan cepat dibatalkan jika tidak memenuhi harapan.

Manajer produk mengenang bagaimana dia mengerjakan proyek audio-sosial ketika Clubhouse, aplikasi media sosial berbasis audio, sedang populer.

"Saya dan beberapa ratus teman diundang untuk melihat apakah kami dapat membuat audio sosial berfungsi FacebookBlue," tulisnya dengan mengacu pada upaya Facebook pada saat itu untuk menjadikan aplikasi audio-sosial sebagai pesaing.

"Kurang dari setahun kemudian, ketika jelas bahwa kami tidak memenuhi harapan, tim kami dibubarkan," tambahnya.

McKinnon juga mengatakan bahwa pimpinan Meta, termasuk CEO Mark Zuckerberg, juga dapat melakukan intervensi jika mereka menemukan visi yang bertentangan di antara tim untuk suatu produk.

“Jika Mark atau para eksekutifnya menemukan dua visi berbeda untuk suatu produk, mereka meminta tinjauan dari pihak-pihak yang bertikai dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian mereka.Kontrol dari atas ke bawah ini dapat memotong dua arah, tergantung pada sisi mana dari keputusan yang Anda ambil,” tulis McKinnon.

Namun di Google, tim dapat mengerjakan proyek serupa selama dan di beri Waktu  tanpa campur tangan pemimpin. Ia mencontohkan pada pengembangan Maps dan Waze, aplikasi GPS yang keduanya dimiliki oleh Google.

Menurut McKinnon, hal ini dapat bermanfaat bagi manajer produk yang ingin mewujudkan visi mereka terhadap suatu produk dengan tim masing-masing.  Namun di sisi lain, hal ini membuat frustrasi bagi PM ambisius yang ingin membangun produk yang membutuhkan tim yang lebih besar.

McKinnon juga menceritakan bahwa ketika dia menyampaikan idenya kepada Wakil Presiden Google, eksekutif tersebut membalas dengan mengatakan bahwa idenya bagus, namun dia lebih suka karyawannya fokus pada bisnis pencarian Google.

“Interaksi ini merangkum cara Google berpikir tentang perubahan, yang mungkin benar dari sudut pandang pemegang saham Google namun berpotensi tidak menarik bagi calon manajer produk,” tulis McKinnon.

3.Transparansi Perusahaan

Dari sisi transparansi perusahaan, Meta memang mempertahankan beberapa transparansi yang dikenal perusahaan pada masa-masa awalnya. Di Meta, McKinnon mengetahui apa yang sedang dikerjakan tim lain, sebagian melalui forum dan dasbor internal perusahaan.

"Zuckerberg juga masih mengadakan sesi tanya jawab mingguan dengan para karyawannya, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan secara spontan," tulis McKinnon.

Para manajer diharapkan menjadi yang terdepan dalam laporan mereka mengenai promosi dan penilaian karyawan, dan kompensasi bersifat formula dan dapat diprediksi.

Salah satu kelemahan transparansi adalah bahwa karyawan tidak punya tempat untuk bersembunyi, yang berarti semua orang tahu apa yang sedang dikerjakan karyawan.

Di Google, sebagian besar karyawan berkomunikasi melalui email atau chat, sehingga lebih sulit untuk mengetahui apa yang dilakukan setiap orang.

McKinnon juga menulis bahwa dia merasa Pichai tidak jujur ​​​​dalam menjawab karyawan seperti Zuckerberg.

Dia menulis bahwa kompensasi juga kurang dapat diprediksi. Selain itu,  umpan balik dari pimpinan lebih sulit diperoleh di raksasa pencarian tersebut.

“Meskipun hal ini tidak bagus bagi mereka yang ingin belajar dan berkembang, gaya organisasi ini membuatnya lebih mudah untuk membiarkan pekerjaan diabaikan ketika prioritas hidup lainnya memerlukan perhatian Anda,” tulisnya.

4. Kebebasan Berekspresi

Di Meta, McKinnon merasa perbedaan pendapat disambut baik.

“Meta terasa seperti organisasi kuasi-akademis dan pencari kebenaran di mana keputusan dibuat berdasarkan data dan perbedaan pendapat. Lingkungan ini bisa sangat meresahkan bagi mereka yang terbiasa dengan budaya yang lebih berbasis konsensus atau non-konfrontasional,” tulis McKinnon

Sebaliknya, Google berbeda dalam hal kebebasan berekspresi, dan karyawannya lebih pendiam. “Mempertanyakan prioritas pada umumnya tidak dianjurkan, hal ini cenderung menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolegial namun dapat membuat frustasi bagi PM yang ingin melakukan perubahan,” tulisnya.

Pada bulan April, Google memecat setidaknya 28 karyawan karena memprotes Project Nimbus , sebuah kontrak komputasi awan senilai US$1,2 miliar dengan pemerintah Israel.

Baca Juga: Tanda Tangani Petisi, 600 Karyawan Google Minta Perusahaan Tak Dukung Promosi Teknologi Israel

5. Jenjang Karir

McKinnon menulis bahwa jenjang karier tampaknya lebih cepat di Meta dibandingkan di Google. Berbeda dengan Meta, jenjang karir di Google didasarkan pada senioritas.

Dia juga mengatakan bahwa kepemimpinan Meta diisi oleh VP muda, termasuk chief financial officer perusahaan, Susan Li, yang mengambil peran tersebut ketika dia berusia 36 tahun.

“Google lebih berbasis waktu,” tulis McKinnon.

Para manajer diberi kuota untuk promosi berdasarkan masa jabatan. Meskipun promosi berdasarkan kinerja yang sangat baik bisa saja terjadi, namun hal tersebut jarang terjadi.