<p>Desain roket tenaga nuklir/Pentagon</p>

Adu Cepat Terbang ke Bulan, Amerika Bangun Roket Tenaga Nuklir

  • WASHINGTON- Pentagon telah menugaskan lembaga riset rahasia mereka yang disebut Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) untuk membangun mesin roket bertenaga nuklir untuk mempercepat waktu perjalanan menuju bulan dan kemudian Mars.  Amerika bertekad mengalahkan China yang juga sedang  mengejar rencana ambisius tersebut. DARPA yang kadang-kadang disebut Pentagon sebagai “divisi ilmuwan gila,”  telah mendapatkan dana US$10 […]

Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

WASHINGTON- Pentagon telah menugaskan lembaga riset rahasia mereka yang disebut Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) untuk membangun mesin roket bertenaga nuklir untuk mempercepat waktu perjalanan menuju bulan dan kemudian Mars.  Amerika bertekad mengalahkan China yang juga sedang  mengejar rencana ambisius tersebut.

DARPA yang kadang-kadang disebut Pentagon sebagai “divisi ilmuwan gila,”  telah mendapatkan dana US$10 juta atau sekitar Rp 140 miliar untuk program Demonstration Rocket for Agile Cislunar Operations (DRACO).

DRACO adalah sistem uranium nuclear thermal propulsion (NTP) diperkaya rendah, atau pada dasarnya, reaktor nuklir yang diletakkan di atas mesin roket yang memanaskan bahan bakar, seperti hidrogen, dan mempercepatnya melalui nozzle buang untuk daya dorong pesawat ruang angkasa. Roket akan dirakit di ruang angkasa dan digunakan untuk perjalanan antarbintang, bukan untuk peluncuran di bumi.

“Kemampuan yang diberikan  [NTP] akan memperluas kehadiran operasi Amerika ke cislunar dan meningkatkan operasi  ke dataran tinggi baru,” kata DARPA dalam proposal anggaran tahun anggaran 2021 sebagaimana dilaporkan The Daily Beast. Agensi ini telah berupaya untuk menggandakan dana untuk program ini, menjadi US$ 21 juta.

Cislunar mengacu pada area tata surya di dalam radius 240.000 mil dari orbit bulan, di mana semua satelit Amerika yang berada di Bumi berada dan semua misi luar angkasa berawak telah terjadi. Wilayah itu telah diidentifikasi oleh DARPA sebagai “dataran tinggi baru yang sedang dalam bahaya dari musuh dalam hal ini, China.

Badan antariksa amerika NASA telah memulai perjalanan cepat untuk kembali mengirimkan orang ke bulan dengan program Artemis atas arahan Presiden Donald Trump. Badan ini telah menetapkan batas waktu sebelum berakhirnya masa jabatan kedua Trump jika terpilih lagi. Badan ini mendapatkan anggaran US$ 1,3 miliar dari Kongres pada tahun fiskal 2020.

Namun, Trump mengatakan misi berawak ke bulan, yang telah dilakukan Amerika sebelumnya pada 1960-an dan 70-an, hanyalah batu loncatan menuju target sesungguhnya yakni menempatkan manusia di Mars.

Alasan utama Amerika ingin kembali ke bulan dengan cepat adalah upaya sama yang dilakukan China. Program luar angkasa Beijing yang ambisius telah menempatkan banyak penjelajah robot di permukaan bulan, termasuk pendaratan pertama di sisi jauh bulan pada tahun 2019.

Sebuah video yang dirilis Oktober lalu oleh China Academy of Space Technology (CAST) menunjukkan kapsul untuk misi bulan berawak yang akan datang. Pesawat ruang angkasa dua-modul akan dapat membawa antara empat dan enam orang  dalam misi di orbit Bumi dan akhirnya ke permukaan bulan pada awal 2030-an.

“Kemampuan ini memberi tahu kita bahwa China berkomitmen untuk melakukan perjalanan manusia ke luar angkasa dengan kecepatan lambat namun konsisten,” kata Joan Johnson-Freese, seorang profesor di Departemen Urusan Keamanan Nasional di US Naval War College.

“Apa yang dilakukan Amerika sebagai Kelinci – cepat, tetapi sporadis – China kini melakukan sebagai Kura-kura, lambat dan metodis.”