Ilustrasi rumah
Industri

Adu Jurus Pengembang Properti di Tengah Pandemi

  • Strategi dari para pengembang turut menentukan keberhasilan bisnis di sektor ini
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Di tengah situasi pandemi, penjualan properti memiliki tantangan yang tidak mudah. Strategi dari para pengembang turut menentukan keberhasilan bisnis di sektor ini. Lembaga riset dan konsultan Leads Property menyebut, saat ini pengembang lebih banyak memanfaatkan fasilitas teknologi.

Seperti diketahui, berbagai platform dapat digunakan untuk mendongkrak penjualan, misalnya melalui properti portal, virtual tour, dan media sosial seperti Instagram, Linkedin, Facebook, dan lain-lain.

“Selain itu, pengembang juga memanfaatkan WhatsApp Group, e-mail blast, online advertising, hingga mengadakan webinar,” mengutip laporan tertulis Leads Property, Jumat, 13 Agustus 2021.

Diketahui, penjualan property khususnya unit apartemen di Jakarta mengalami kenaikan sepanjang kuartal II-2021. Jumlah yang terjual mencapai 580 unit, lebih besar hingga enam kali lipat dibandingkan dengan kuartal 1-2021 yang sebanyak 102 unit.

Selain itu, penjualan ini juga berbanding terbalik secara tahunan atau year-on-year (yoy). Seperti diketahui, pada periode yang sama tahun lalu, penjualan apartemen mengalami minus sebanyak 676 unit.

Menurut hasil riset tersebut, banyak dari para pengembang yang memberikan edukasi serta menampilkan slogan “It’s Time To Buy”. Kemudian, mereka juga lebih fleksibel dalam hal pembayaran.

Di sisi lain, terdapat banyak diskon yang ditawarkan, serta menjalin kerja sama dengan perbankan. “Banyak bank yang sedang menawarkan suku bunga rendah, seperti di bawah 4 persen per tahun untuk dua tahun pertama,” tambahnya.

Selain strategi para pengembang, beberapa pendorong meningkatnya penjualan dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, insentif dari pemerintah berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% untuk hunian di bawah Rp2 miliar, khususnya untuk ready-stock unit.

Selanjutnya, suku bunga KPA yang lebih rendah atau turun dibandingkan sebelum pandemi, yaitu dari 8% - 9% menjadi 3% -4% per tahun untuk 2 tahun pertama.

Terakhir, tenor pelunasan yang panjang, dari 15 tahun hingga 25 tahun mengakibatkan cicilan per bulan menjadi lebih kecil sehingga cocok untuk pembeli milenial.