Press conference film Di Ambang Kematian Produksi Multivision Plus
Korporasi

Adu Laba Emiten Film Sepupu Punjabi, Siapa Juaranya?

  • Geliat dunia film juga teramati dari lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan tercatatnya dua emiten perfilman di pasar modal, yakni PT MD Pictures Tbk (FILM) dan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM).

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Tidak hanya di bioskop, geliat dunia film juga teramati dari lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan tercatatnya dua emiten perfilman di pasar modal, yakni PT MD Pictures Tbk (FILM) dan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM). Pertanyaannya, manakah yang memimpin dalam perolehan laba tertinggi?

Dari sisi laba sepanjang 2023, emiten bersandikan RAAM yang baru saja IPO di BEI pada pertengahan tahun lalu itu, berhasil unggul dibandingkan FILM yang telah lebih dulu melantai di pasar modal sejak 2018, silam. 

Menyitir laporan keuangan perseroan, sepanjang 2023, RAAM yang merupakan besutan Raam Punjabi berhasil meraup laba bersih Rp102,98 miliar. Jumlah tersebut melompat 17,97% secara tahunan dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebesar Rp87,30 miliar. 

Sementara itu FILM, emiten milik Manoj Punjabi yang juga sepupu pemilik RAAM, malah mengalami penurunan performa laba bersih sebesar 40% secara tahunan. Laba bersih RAAM sepanjang 2023 hanya di level Rp96,64 miliar dibandingkan posisi tahun sebelumnya yang mampu meraup Rp159,99 miliar. 

Begitu juga dari segi pendapatan, FILM yang mencatat kesuksesan pada 2022 dengan film horor "KKN Desa Penari" dengan capaian lebih dari 10 juta penonton, namun, sepanjang 2023, pendapatannya hanya mencapai Rp337,94 miliar, anjlok sebesar 15,41% secara tahunan dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp436,8 miliar.

Sementara RAAM yang juga merilis genre film serupa dengan judul “Di Ambang Kematian” pada kuartal IV-2023 dengan capaian 3 juta penonton ini, sepanjang 2023, pendapatannya berhasil melesat 25,05% menjadi Rp399,26 miliar dari posisi tahun sebelumnya senilai Rp321,84 miliar. 

Meski begitu, jika diuraikan, penjualan karya layar lebar di bioskop emiten berkodekan saham FILM berada di angka Rp148,27 miliar. Nominal tersebut sedikit lebih banyak dibandingkan RAAM yang hanya mampu meraup penjualan film sebesar Rp135,03 miliar. 

Di samping keunggulan dalam penjualan karya film di bioskop, FILM juga memimpin dalam penjualan format digital dengan pendapatan sebesar Rp177,45 miliar. Sementara itu, RAAM hanya berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar Rp57,44 miliar. 

Namun, dari sisi penjualan sinetron, pendapatan FILM hanya di level Rp2,31 miliar. Jumlah tersebut jomplang jauh dibandingkan RAAM yang mampu meraup pundi-pundi keuangan dari penjualan sinetron sebesar Rp157,11 miliar.  

Dari lantai bursa, saham FILM menguat 0,68% ke Rp4.420 per saham, sementara saham RAAM, meskipun mencatat laba yang lebih tinggi sepanjang 2023, sahamnya malah mengalami pelemahan 1,28% ke Rp464 per saham pada penutupan perdagangan sesi I Senin, 1 April 2024. 

Baru-baru ini, insan film tanah air tengah merayakan Hari Film Nasional. Saban satu tahun sekali, sejak terbitnya Keppres No.25/1999, tanggal 30 Maret dipilih sebagai Hari Film Nasional. Penetapan tanggal ini didasari dimulainya syuting film “Dara dan Doa” garapan sineas kelahiran tanah air Usmar Ismail.

Tidak hanya itu, Usmar Ismail yang juga mantan wartawan ini berhasil memperoleh predikat Bapak Perfilman Nasional. Karenanya, pada 2021 lalu, Presiden Joko Widodo memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat itu. 

Berbicara karya Usmar Ismail, ada salah satu filmnya yang masih dikenang hingga sekarang, yakni “Lewat Djam Malam”. Sebab, film yang menggambarkan suasana Kota Bandung pasca proklamasi kemerdekaan dengan kehadiran jam malam yang diberlakukan oleh tentara itu, berhasil meraih penghargaan Film Terbaik di Festival Film Asia Pasifik tahun 1954.