Afrika Selatan Tak Berani Ambil Risiko, Putin Dipastikan Tidak Hadiri KTT BRICS
- Kantor kepresidenan Afrika Selatan pada Rabu 19 Juni 2023 mengatakan ketidakhadiran Putin dalam acara tersebut berdasarkan kesepakatan bersama.
Dunia
JOHANNESBURG - Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menghadiri pertemuan puncak kelompok negara berkembang BRICS di Afrika Selatan (Afsel) yang akan digelar Agustus mendatang. Ini sebagai dampak jelas dari surat perintah penangkapan yang dikeluarkan pengadilan criminal internasional atau ICC kepada Putin.
Kantor kepresidenan Afrika Selatan pada Rabu 19 Juni 2023 mengatakan ketidakhadiran Putin dalam acara tersebut berdasarkan kesepakatan bersama. “Rusia akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov di KTT Johannesburg bersama para pemimpin Brasil, India, China dan Afrika Selatan,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis di laman Kepresidenan Afrika Selatan tersebut.
Afrika Selatan seperti diketahui menghadapi dilema saat menjadi tuan rumah KTT. Ini karena sebagai anggota ICC, secara teoritis dia harus menangkap Putin atas dugaan kejahatan perang jika dia hadir.
- Solusi untuk Anak Susah Makan
- Persiapkan Fisik Menuju Elite Label Road Race Maybank Marathon 2023
- AMSI Awards 2023, Ketua Dewan Pers Pimpin Dewan Juri
Seperti diketahui ICC pada bulan Maret 2022 mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin. Pemimpin Rusia ini dituduh melakukan kejahatan perang dengan mendeportasi anak-anak secara ilegal dari Ukraina.
ICC juga menerbitkan surat penangkapan untuk Komisaris Hak Anak di Kantor Kepresidenan Rusia Alekseyevna Lvova-Belova. Dia dituduh melakukan kejahatan serupa seperti Putin.
Rusia tidak menyembunyikan program yang membawa ribuan anak Ukraina ke Rusia. Tetapi menampilkannya sebagai kampanye kemanusiaan untuk melindungi anak yatim piatu dan anak-anak terlantar di zona perang.
Perpecahan di Afrika Selatan
Di internal Afrika Selatan sendiri terjadi perpecahan tajam. Dan ancaman penangkapan membayangi Presiden Rusia Vladimir Putin yang hendak menghadiri KTT BRICS cukup terbuka. Hal itu terungkap dalam surat-surat rahasia Presiden Afsel Cyril Ramaphosa yang dibuat terbuka bagi publik lewat putusan pengadilan pada Selasa 18 Juli 2023.
Surat-surat Ramaphosa itu ditandatangani pada Juni lalu. Dalam surat tersebut terungkap bahwa partai oposisi terkemuka Afsel, yakni Aliansi Demokratik telah mendesak dan mencoba memaksa pemerintahan Ramaphosa untuk menangkap Putin ketika dia menginjakkan kaki di Johannesburg.
Namun dalam suratnya untuk pengadilan, Ramaphosa menggambarkan desakan Aliansi Demokratik tersebut tidak bertanggung jawab. Sebab Ramaphosa mengatakan keamanan nasional Afrika Selatan dipertaruhkan dalam masalah ini.
Dalam suratnya dia mengatakan Rusia telah memperjelas bahwa menangkap presidennya yang sedang menjabat akan menjadi deklarasi perang.
Dia menambahkan, Afrika Selatan mencari pengecualian di bawah aturan ICC berdasarkan fakta bahwa melakukan penangkapan dapat mengancam keamanan, perdamaian, dan ketertiban negaranya. Namun melihat keputusan bahwa akhirnya Putin tidak datang menunjukkan ICC tidak memberikan izin tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan media lokal baru-baru ini, Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile mengatakan bahwa pemerintah telah berusaha membujuk Putin untuk tidak berpartisipasi dalam KTT.
Pada hari Rabu Kremlin mengatakan Rusia tidak mengatakan kepada Afrika Selatan bahwa menangkap Putin dengan surat perintah penangkapan ICC akan berarti perang. Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan mengatakan, semua orang tanpa harus dijelaskan pasti mengerti apa arti upaya untuk melanggar hak Putin.
Afrika Selatan mengatakan netral dalam konflik Ukraina. Tetapi sejauh ini telah dikritik oleh kekuatan Barat karena bersahabat dengan Rusia.
Moskow mengatakan surat perintah penangkapan itu batal secara hukum karena Rusia bukan anggota ICC. Rusia juga membalas dengan mengeluarkan surat penangkapan kepada para hakim ICC jika masuk ke Rusia.