Nampak sejumlah anak-anak tengah bermain di arena Playtopia di Lippo Mall Puri, Jakarta Barat. Wahana permainan menjadi alternatif seru pilihan saat liburan hari raya, Minggu 2 April 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Gaya Hidup

Agresif di Rumah Pendiam di Sekolah, Begini Cara Sikapi Perbedaan Perilaku Anak

  • Dalam masa tumbuh kembangnya, anak terkadang menunjukkan perilaku yang berbeda di rumah atau sekolah.
Gaya Hidup
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

JAKARTA - Dalam masa tumbuh kembangnya, anak terkadang menunjukkan perilaku yang berbeda di rumah atau sekolah. Terlebih, anak yang tumbuh dan lahir di masa pandemi. Sebagian anak mungkin akan bersikap aktif dan aktif di rumah. Namun saat berada di sekolah, anak malah menunjukkan perilaku pasif dan tampak lebih pendiam.

Perbedaan perilaku ini tentu saja membuat para orang tua menjadi agak khawatir. Ada pikiran bahwa bisa saja anak mengalami ketidakwajaran dalam perkembangannya.

Sebelum khawatir mengenai perbedaan perilaku anak, perlu dicatat bahwa bagi manusia, setiap kondisi lingkungan memiliki anggapan tertentu tentang bagaimana kita harus berperilaku. Hal itulah yang dirasakan oleh anak.

Mengutip Parents Circle, Kamis, 6 April 2023, apapun yang dilakukan  oleh anak bergantung pada seberapa nyaman merek dengan orang sekitarnya. Selain itu, sikap yang lebih leluasa bisa mengindikasikan kedekatan anak dengan hubungan yang tengah mereka jajaki.

Oleh sebab itu, sebetulnya Anda harus bersyukur ketika Anak Anda penuh dengan kehidupan dan energi di rumah dan mengekspresikan dirinya dengan bebas. Itu berarti dia merasa aman dan terlindungi dengan Anda dan nyaman menjadi dirinya yang alami di rumahnya. 

Di sisi lain, dia tahu pentingnya mengikuti peraturan di sekolah. Atau dia mungkin masih mencari tahu siapa teman-temannya, dan siapa yang bisa mereka percayai sebelum berinteraksi secara bebas dengan teman-teman sekelasnya.

Namun jika Anda merasa perilaku anak Anda di rumah perlu diperbaiki, Anda dapat melakukan beberapa pendekatan berikut ini.

1. Jangan terlalu mengekang anak

Anak-anak tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar. Karena itu,  rasa penasaran mereka tumbuh dengan pesat. Mereka suka mengalami lebih banyak kebebasan dalam melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.

Dalam fase pertumbuhannya, anak suka dilibatkan dalam percakapan keluarga dan merasa penting ketika diizinkan untuk mengungkapkan ide dan pendapat mereka. Oleh sebab itu, Anak-anak menjadi kesal dan tidak kooperatif ketika mereka diabaikan atau dikendalikan sepenuhnya oleh orang tua mereka

2. Jangan terburu- buru menghukum anak

Ketika anak-anak bersikap berbeda  orang tua secara alami akan merasa kesal sekaligus frustasi .Rasa frustasi tersebut terkadang membuat Anda secara sadar atau tidak mungkin membentak atau membentak mereka atau mengatakan hal-hal kasar bahkan menghukum mereka. 

Niat Anda melakukan hal tersebut sebetulnya baik, yakni untuk  untuk mendisiplinkan mereka. Sayangnya, dalam prosesnya, kemungkinan besar Anda akan menyakiti perasaan mereka. 

Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya Anda mulai mencoba mengubah kesalahan atau perilaku buruk menjadi kesempatan belajar bagi mereka.

3. Dengarkan pendapat anak

Membantu anak-anak mengubah perilaku mereka dimulai dengan terlebih dahulu mendengarkan cerita dari sisi mereka. Ketika mereka merasa didengarkan oleh orang tuanya, mereka akan merasa lebih nyaman sehingga dapat membaca keadaan dengan jelas.  

Pendekatan yang tidak mengancam ini membantu anak memperbaiki perilaku mereka. Selanjutnya, orang tua dapat meminta anak mereka untuk memikirkan cara agar mereka dapat menghindari perilaku yang berbeda antara di rumah dan di sekolah.