Ahli: Tindakan Preventif Lebih Ampuh daripada Vaksin Corona
JAKARTA – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menilai tindakan promotif dan preventif protokol kesehatan lebih efektif dibandingkan dengan vaksin COVID-19. Bagi IAKMI, yang terpenting saat ini adalah upaya mengendalikan laju peningkatan kasus COVID-19. Sebab, vaksinasi bukan jaminan untuk mengakhiri pandemi karena perjalanannya yang masih membutuhkan waktu panjang. “Harus ada upaya edukasi di tataran akar […]
Nasional & Dunia
JAKARTA – Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menilai tindakan promotif dan preventif protokol kesehatan lebih efektif dibandingkan dengan vaksin COVID-19.
Bagi IAKMI, yang terpenting saat ini adalah upaya mengendalikan laju peningkatan kasus COVID-19. Sebab, vaksinasi bukan jaminan untuk mengakhiri pandemi karena perjalanannya yang masih membutuhkan waktu panjang.
“Harus ada upaya edukasi di tataran akar rumput serta bimbingan dan pengawasan dari aparat/tokoh masyarakat hingga penerapan sanksi,” kata Ketua IAKMI, Ede Surya Darmawan, dikutip dari keterangan resmi, Senin, 26 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Meski begitu, IAKMI tetap memberikan dukungan untuk pengadaan vaksin COVID-19 sebagai salah satu satu bagian dari intervensi kesehatan masyarakat.
Catatan Pengadaan Vaksin
Agar program vaksinasi COVID-19 dapat dilaksanakan secara efektif, maka pengembangan Vaksin COVID-19 harus dibuat sesuai standar pembuatan vaksin yang baik sehingga memenuhi 3 hal yakni:
1) Memiliki tingkat keamanan yang tinggi, sehingga tidak menimbulkan dampak buruk dan membahayakan bagi orang yang divaksinasi;
2) Memiliki tingkat efikasi (kemanjuran) yaitu mampu membentuk antibodi COVID-19 yang dapat memberikan perlindungan terhadap penularan COVID-19 untuk waktu yang lama;
3) Seluruh hasil proses pengembangan Vaksin COVID-19, khususnya uji coba kepada 1.620 masyarakat Indonesia di Bandung hendaknya dikomunikasikan secara terbuka kepada masyarakat luas.
Kemudian diulas oleh ahli dari internasional yang bereputasi, serta mendapatkan izin penggunaan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Sebagai informasi, sejak kasus pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020-24 Oktober 2020, terkonfirmasi 385.980 kasus positif COVID-19.
Hingga kini, tren kasus masih terus meningkat dan belum terlihat adanya kecenderungan kurva melandai. Adapun, jumlah kasus harian cenderung di atas 4.000 selama 1 bulan terakhir.
Tingkat hasil tes positif/positivity rate (jumlah kasus dibagi jumlah orang yang dites COVID) sebesar 14,2%. Jauh di atas standar aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5%. Sebanyak 13.205 orang telah meninggal dunia (3,4%), sementara 309.219 telah sembuh.