Ahok Sentil Proyek Mobil Listrik Jokowi: Ini Belum Tentu Benar Pak!
- Menurut Ahok, proyek kendaraan listrik tidak hanya memiliki nilai investasi yang besar namun juga belum tentu sesuai masa depan ketahanan energi nasional.
Industri
JAKARTA -- Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyentil soal proyek mobil listrik yang digagas Presiden Joko Widodo.
Menurut dia, proyek kendaraan listrik tidak hanya memiliki nilai investasi yang besar namun juga belum tentu sesuai masa depan ketahanan energi nasional.
"Nggak salah pemerintah memutuskan kita mempunyai pabrik baterai. Kita punya nikel, kita yakin nanti kalau motor-motor ganti baterai. (Namun) Saya kira ini keputusan yang belum tentu benar ke depan," katanya dalam sebuah wawancara di akun Youtube-nya, dikutip Rabu, 1 Desember 2021.
Ahok mencontohkan, Australia saat ini masih menggunakan energi fosil yaitu batu bara sebagai penopang utama energi nasional. Kendaaraan listrik di Negeri Kanguru, kata dia, hanya dipakai sekitar 1% penduduk saja.
- Disebut Berutang dan Tunggak Gaji Karyawan, P2P Lending UangTeman Masih Bungkam
- Alami Unusual Market Activity, BEI Pantau Saham Century Textile Industry (CNTX)
- Dukung Daya Saing Industri dan Kelistrikan, PGAS Sepakati 9 Perjanjian Jual Beli Gas Demi Ketahanan Pasokan Gas Bumi di Sumatera - Jawa
Demikian halnya dengan negara-negara Eropa seperti Skandinavia yang memiliki populasi kecil jika dibandingkan Indonesia. Mereka masih memiliki 60-70% pengguna kendaraan listrik. Artinya belum sepenuhnya menggunakan kendaraan listrik.
Tidak hanya itu, Inggris, salah satu negara terdepan yang mempromosikan energi hijau sekalipun, mengalami kendala ketika sumber energi utamanya dari angin tertutup awan. Dalam kondisi demikian, negara-negara perlu memikirkan energi alternatif.
"Misal China, mau tambah lagi tambang batubaranya, eh tiba-tiba karena terendam," imbuh mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Ahok menegaskan bahwa pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi harus berani memutuskan dengan benar konsep masa depan energi Indonesia untuk menggantikan energi fosil batu bara.
Menurut dia, ada dua alternatif energi yang bisa digunakan sebagai kendaraan listrik yakni yang berupa hidrogen atau baterai litium yang bersumber dari nikel.
"Sekarang, kendaraan listrik masa depan kira-kira pakai hidrogen atau pakai baterai listrik, nggak ada yang tahu juga," tandasnya.
Tolak Rencana Beli Mobil Listrik Jerman
Ahok juga menyentil soal rencana pembelian mobil listrik asal Jerman oleh Indonesia Battery Corporation (IBC). IBC adalah perusahaan konsorsium holding industri baterai kendaraan listrik yang dibentuk oleh 4 BUMN, yaitu PT Pertamina (Persero), MIND ID, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Rencananya, IBC akan mengakuisi startup mobil listrik asal Jerman, StreetScooter, anak usaha Deutsche Post DHL Group. Nilai transaksinya mencapai US$170 juta setara Rp2,44 triliun (asumsi kurs Rp14.359 per dollar AS). Nantinya, mobil tersebut akan dijual ke China dan AS.
Namun, Ahok dengan tegas menolak proposal yang disampaikan oleh Direksi PT Pertamina Power Indonesia (PPI), anggota Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE) tersebut.
Menurut dia, rencana tersebut tidak berdasarkan argumentasi yang rasional. Lagipula, mobil listrik asal Jerman itu sangat mahal sehingga sulit bersaing di pasar mobil listrik di AS, terutama Tesla milik Elon Musk.
Ahok melihat ada hal yang tidak masuk akal dari proposal pembelian mobil listrik tersebut. Karena itu, dia mendesak Direksi IBC untuk memberhentikan proposal tersebut.
"Kenapa mesti beli mobil listrik Jerman untuk angkut barang misalnya? Saya harus mikir. Saya dengar IBC ini mau beli pabrik mobil listrik di Jerman ini. Saya bilang narasinya apa mesti beli mobil listrik di Jerman? (Katanya) supaya kita bisa masuk ke pasar Amerika, China. Itu yang saya bilang hati-hati," tegasnya.
Ketimbang membeli mobil listrik buatan asing, Ahok mendorong agar IBC berkolaborasi dengan Hyundai atau Wuling untuk memproduksi mobil listrik. Lagipula, sudah ada mobil listrik karya bangsa yang dirancang oleh Insitut Teknologi Surabaya (ITS). Harganya pun jauh lebih murah yaitu hanya Rp20 juta per unit.
Selain itu, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) juga sedang memproduksi komponen seperti besi dan baja yang bisa dipakai untuk desain mobil listrik.
"Tidak ada alasan untuk ketakutan-ketakutan untuk memutuskan (tentang proyek mobil listrik). Mundur aja jadi Direktur," ungkapnya.