Ilustrasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Tekno

AI Bisa Bantu Kurangi Emisi Karbon dan Tingkatkan Margin Laba, Simak Penjelasannya

  • Di Indonesia, transformasi ini menjadi kunci dalam mendukung komitmen iklim nasional, termasuk target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030, sebagaimana diamanatkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC) yang telah diperbarui pemerintah.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, aspek keberlanjutan atau sustainability semakin menjadi bagian penting dari tanggung jawab perusahaan. Banyak perusahaan telah menyadari bahwa pengurangan jejak karbon (carbon footprint) dapat berjalan selaras dengan peningkatan kinerja bisnis, terutama melalui pemanfaatan inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI). 

Di Indonesia, transformasi ini menjadi kunci dalam mendukung komitmen iklim nasional, termasuk target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030, sebagaimana diamanatkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC) yang telah diperbarui pemerintah.

Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan, sebagai perusahaan penyedia solusi hybrid cloud global dan kecerdasan buatan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung berbagai organisasi di Indonesia dalam mewujudkan tujuan keberlanjutan secara konkret.

“AI bukan hanya alat untuk mengoptimalkan operasional bisnis, tetapi juga menjadi penggerak perubahan signifikan untuk keberlanjutan,” kata Roy melalui pernyataan tertulis, dikutip Rabu, 18 September 2024. 

Berikut ini tiga cara utama bagaimana AI dapat membantu perusahaan mengurangi emisi sekaligus meningkatkan daya saing dan pendapatan mereka.

1. Optimalisasi Rantai Pasokan untuk Efisiensi yang Lebih Baik

Rantai pasokan sering kali menjadi penyumbang utama emisi karbon, terutama dari sektor logistik yang tidak efisien, produksi berlebih, serta limbah yang dihasilkan. 

Namun, dengan memanfaatkan AI, manajemen rantai pasokan dapat memprediksi permintaan dengan lebih tepat, mengoptimalkan rute pengiriman, dan mengurangi limbah. Dampaknya tidak hanya pada penurunan emisi, tetapi juga memberikan penghematan biaya operasional yang signifikan.

Di Indonesia, optimalisasi operasional melalui AI ini dapat membantu negara mencapai target pengurangan emisi yang lebih besar, terutama dalam rangka mendukung komitmen keberlanjutan nasional. 

Pemerintah Indonesia telah menargetkan pengurangan emisi sebesar 41%, yang memerlukan partisipasi aktif dari berbagai perusahaan, sektor publik, serta ekosistem bisnis secara menyeluruh.

Baca Juga: Menkominfo Dorong Inovasi Teknologi AI untuk Startup Digital Sektor Pertanian

2. Penggunaan Energi yang Lebih Efisien

Penggunaan energi merupakan salah satu penyebab terbesar emisi karbon, dan AI mampu membantu mengurangi dampaknya melalui optimalisasi konsumsi energi. 

Dengan mengintegrasikan teknologi AI dalam sistem pemantauan yang sudah ada, perusahaan dapat menganalisis pola konsumsi energi mereka secara real-time, serta melakukan penyesuaian proaktif untuk mengurangi pemborosan energi, menekan emisi, dan mengurangi biaya operasional.

Contohnya, Water Corporation di Australia berhasil menurunkan emisi karbon hingga 150 metrik ton per tahun dan memangkas biaya operasional lebih dari 40% dengan beralih ke infrastruktur berbasis AI yang didukung oleh teknologi cloud.

Pemantauan berbasis AI tidak hanya membantu perusahaan mencapai target keberlanjutan mereka, tetapi juga memberikan penghematan biaya energi yang berdampak langsung pada keuntungan perusahaan.

3. Meningkatkan Pelaporan dan Kepatuhan terhadap Regulasi Keberlanjutan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah navigasi regulasi keberlanjutan yang seringkali kompleks, serta pelaporan kemajuan yang akurat. AI dapat menyederhanakan proses ini dengan mengotomatisasi pengumpulan data terkait keberlanjutan, memastikan perusahaan dapat melacak kinerja mereka, serta mematuhi regulasi yang berlaku dalam pelaporan.

Di kawasan Asia Tenggara, AI sudah mulai diadopsi untuk melacak dan melaporkan indikator keberlanjutan, seperti emisi. Di Indonesia, PT SUCOFINDO telah memanfaatkan teknologi ini untuk memantau emisi dan mendukung upaya keberlanjutan melalui pelacakan kinerja lingkungan secara akurat. Selain itu, laporan kepatuhan terhadap tata kelola yang terverifikasi oleh badan independen juga menjadi aspek penting dalam pelaporan berbasis AI.

Pendekatan berkelanjutan ini sangat diperlukan, terutama di kawasan Asia Tenggara, di mana hanya sekitar 1% bisnis yang benar-benar siap mengadopsi teknologi AI menurut studi Ecosystems. Bagi perusahaan di Indonesia, transparansi dalam pelaporan dan kepatuhan pada target iklim nasional melalui teknologi AI menjadi faktor penting dalam kesuksesan jangka panjang.

AI Mengubah Tantangan Keberlanjutan Menjadi Peluang Pertumbuhan

Inovasi berbasis AI secara perlahan mengubah cara pandang perusahaan terhadap keberlanjutan, dari yang sebelumnya dianggap hanya sebagai kewajiban, kini menjadi peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Dengan bantuan AI, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi rantai pasokan, mengoptimalkan penggunaan energi, serta menyederhanakan pelaporan keberlanjutan.

Di masa depan, perusahaan yang mengadopsi solusi berbasis AI tidak hanya akan mendukung komitmen iklim nasional, tetapi juga akan meraih keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan bisnis di era yang semakin berfokus pada keberlanjutan. Dengan begitu, AI bukan hanya sekadar alat, melainkan investasi jangka panjang bagi perusahaan yang ingin mengurangi jejak karbon sekaligus meningkatkan kinerja bisnis mereka.