Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (ekon.go.id)
Makroekonomi

Airlangga Sebut Nilai Tukar Rupiah dan IHSG Terjaga Meski Ada Konflik Timur Tengah

  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengeklamim nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap terjaga.
Makroekonomi
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengeklamim nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap terjaga. Hal ini merespon terkait pengembangan konflik di Timur Tengah pasca serangan Israel ke fasilitas Diplomatik Iran di Damaskus dan serangan balasan Iran ke Israel.

Pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan yang mencakup berbagai aspek, seperti kebijakan fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta pemantauan terhadap kenaikan harga logistik dan minyak.

“Nilai tukar dan IHSG mengalami pelemahan secara global namun Indonesia dibandingkan peer countries relatif masih aman,” papar Airlangga di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Selasa, 16 April 2024.

Sementara itu, menurut data Bloomberg hingga pukul 12:46 WIB, tercatat nrupiah mengalami penurunan sebesar 307 poin atau sekitar 1,94% ke level Rp16.155 per dolar AS.

Airlangga menegaskan, indeks dolar menguat di tengah rilis data ekonomi Amerika yang menguat.

Eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian, sehingga perlu mitigasi aset dengan beralih ke aset safe haven. Sementara itu, dolar Amerika Serikat (U$D) serta harga emas dan komoditas nikel menghadapi lonjakan nilai.

Deprisiasi Rupiah

Pemerintah juga tengah memantau dampak depresiasi nilai tukar rupiah terhadap sektor riil. Nilai tukar ini memiliki dampak signifikan terhadap aktivitas impor dan peluang bagi para eksportir untuk memperoleh lebih banyak devisa.

Ia menerangkan, pemerintah terus melihat reform struktural dan menjaga ekspektasi investor dan juga memperkuat daya saing dan juga menarik investasi jangka panjang ke Indonesia. Kepastian-kepastian ini harus dijaga.

“Tentu nanti berbagai skenario sudah dibahas tentunya menjaga agar defisit berada di rentang yang diperbolehkan UU,” sambungnya.

Airlangga menyebut, ekonomi Indonesia secara fundamental masih kuat di tengah perkembangan konflik global tersebut.

“Secara fundamental perekonomian Indonesia tumbuh solid 5%. Dengan inflasi 2,5 plus minus 1%. Neraca dagang surplus. Cadangan devisa masih sekitar U$D 136 miliar,” jelas Airlangga.