Kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Senin, 2 Agustus 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Airlangga Pastikan Tak Bakal Lockdown Agar Pertumbuhan Ekonomi Terjaga

  • Airlangga menegaskan bahwa pada kuartal ketiga hingga keempat, pemerintah akan terus menjaga agar mobilitas usaha tidak macet. Salah satunya dengan tidak melakukan lockdown atau pembatasan ketat yang menyebabkan ekonomi lumpuh.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - Menteri Korordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan strategi agar pertumbuhan ekonomi nasional tetap positif di kuartal III-2021 adalah dengan menjaga agar mobilitas masyarakat tetap berjalan baik.

Hal itu dilakukan menyusul terjadi ledakan kasus aktif COVID-19 sejak awal Juli 2021 yang mencapai 500.000 meski relatif mengalami fluktuasi. Ledakan itu membuat pemerintah menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat  (PPKM) Darurat sejak 3 Juli lalu dan diperpanjang hingga 9 Agustus.

"Dengan adanya varian Delta tentu yang dilakukan pemerintah adalah menurunkan mobilitas. Kita ketahui bersama bahwa di kuartal kedua pertumbuhan ekonomi tinggi karena mobilitasnya sudah sedikit lebih bergerak, dan kasusnya relatif lebih rendah, kasus aktifnya di bawah 200.000, sehingga pemulihan itu terjadi," ujar Airlangga dalam konferensi pers, Kamis, 5 Agustus 2021.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 mencapai 7,07% secara tahun ke tahun (yoy). Dibandingkan kuartal sebelumnya (kuartal I-2021), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,31%.

Pertumbuhan ekonomi melesat jauh antara lain ditopang oleh pertumbuhan yang tinggi di sektor industri pengolahan (6,58%), perdagangan (9,44%), transportasi (25,10%), akomodasi dan makan minum (21,58%) serta konstruksi (4,42%) dan pertanian (0,38%).

Airlangga menegaskan bahwa pada kuartal ketiga hingga keempat, pemerintah akan terus menjaga agar mobilitas usaha tidak macet. Salah satunya dengan tidak melakukan lockdown atau pembatasan ketat yang menyebabkan ekonomi lumpuh.

Dia mengatakan, ledakan kasus COVID-19 akibat varian Delta sangat mempengaruhi kinerja perekonomian. Di mancanegara, seperti Jepang, Amerika Serikat, India, dan Korea Selatan, pembatasan kembali dilakukan karena varian Delta yang mengerikan.

Di Indonesia, kata dia, pemerintah terus berupaya menekan penularan COVID-19 agar konsumsi masyarakat dan investasi, baik investasi asing maupun domestik tetap berjalan.

"Pada saat kasusnya naik, tentu ada tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berapa pertumbuhan, kita lihat berapa cepat varian Delta ini ditekan. Kita lihat bahwa BOR-nya (Bed Occupancy Rate) sudah turun, kemudian kasus aktif juga relatif masih berfluktuasi, atau dinamis," katanya.

Postif hingga Akhir 2021

Pada kuartal III dan IV, Airlangga memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh positif seiring upaya pemerintah menekan laju pertumbuhan virus.

"Di kuartal empat, ada potensi kita membalikkan keadaan kembali (pulih). Dan kita memperkirakan di kuartal perekonomian secara year on year (tahun ke tahun), diharapkan 3,7 persen sampai dengan 4,5 persen itu bisa dicapai," pungkasnya.

Airlangga menyebut untuk menjaga momentum kinerja positif ekonomi, pemerintah juga akan terus menyalurkan bantuan perlindungan sosial,  usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), bantuan beras dan bantuan langsung tunai kepada masyarakat yang menjadi sasaran sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional.

"Kemudian bantuan kepada PKL yang sedang dalam finalisasi, baik dalam bentuk teknis maupun pedoman umum. Ini diharapkan, untuk satu juta (Rp1 juta) ini, juga bisa segera dijalankan," tandasnya.

Selain itu, dia menyebut bahwa mesin lain yang bisa berkontribusi untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di kuartal selanjutnya adalah investasi.

Dengan iklim investasi yang terus diperbarui pemerintah, salah satunya melalui sistem Online Single Submission (OSS), bisa mendongkrak kinerja ekspor Indonesia.

"Dengan (pulih) kembalinya pertumbuhan (ekonomi) global, diharapkan ini bisa memicu ekspor dan dengan adanya ekspor, peningkatan demand (permintaan) ini diharapkan bisa mendorong investasi. Apalagi kita sudah mengimplementasikan UU Cipta Kerja dan OSS mudah-mudahan minggu depan sudah bisa di-launching oleh Bapak Presiden (Joko Widodo) sehingga tentu Ease of Doing Bussines bisa didorong lebih baik lagi," paparnya.

Adapun ekspor Indonesia pada kuartal II-2021 tumbuh sebesar 10,36% menjadi US$53,97 miliar setara Rp774,3 triliun dari kuartal sebelumnya, atau tumbuh 55,89% dari periode yang sama tahun lalu.

Volume ekspor migas tumbuh seiring peningkatan nilai dan volume ekspor migas serta peningkatan harga komoditas migas.

Sementara ekspor non migas juga tumbuh terutama pada komoditas bahan bakar mineral, besi dan baja, serta mesin listrik.

Di sisi lain, impor juga meningkat pada kuartal kedua, naik 9,88% menjadi US$47,67 miliar setara Rp683,9 triliun dari kuartal sebelumnya, atau tumbuh 50,21% dari periode yang sama tahun lalu.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada kuartal II-2021 mengalami surplus sebesar US$6,3 miliar setara Rp90 triliun.*