<p>Ilustrasi: Mata Uang Kripto Bitcoin / bitocto.com</p>
Fintech

Akademisi dan Praktisi Bisnis Ingatkan Bahaya FOMO bagi Anak Muda dalam Investasi Kripto

  • Saat ini banyak anak muda yang tiba-tiba masuk ke pasar kripto dalam jumlah yang besar.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Akademisi dan praktisi bisnis Prof. Rhenald Kasali mengingatkan bahaya dari fenomena fear of missing out (FOMO) yang rentan dialami oleh anak muda di tengah maraknya investasi kripto yang saat ini menjadi tren. 

Rhenald mengatakan, dewasa ini banyak anak muda yang tiba-tiba masuk ke pasar kripto dalam jumlah yang besar, khususnya yang berada di rentang usia 18-29 tahun. Kebanyakan dari mereka, menurut Rhenald, masuk berbondong-bondong ke dunia kripto karena terjebak dalam FOMO. 

“Sama seperti Anda ikut TikTok, Instagram, atau Anda membeli sesuatu yang tidak Anda butuhkan tetapi kiri-kanan Anda membeli dan Anda ikut-ikutan membeli,” ujar Rhenald dikutip dari video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Senin, 21 Maret 2022. 

Rhenald menceritakan bagaimana dirinya seringkali mendapatkan kabar dari pengikut kanal YouTube-nya soal bagaimana anak-anak muda belakangan ini menjadi stress ketika tidak ikut terjun ke dunia kripto. 

“Di kalangan kaum generasi muda ini, jika mereka tidak mengikuti tren ini maka dianggap cupu, dan akan di-bully sehingga mereka yang awalnya tidak bermain kripto, daripada di-bully lebih baik mereka bermain seperti teman-teman lainnya,” kata Rhenald.

Menurut Rhenald, ada semacam tekanan sosial yang dirasakan oleh sebagian kalangan anak muda terkait dengan investasi kripto. Banyak akhirnya yang tergiur untuk terjun tanpa dilatarbelakangi edukasi yang cukup dan terjerumus dalam kerugian.

Rhenald pun menyebutkan soal strategi pump and dump dalam skema penipuan di dunia kripto. Pump and dump adalah strategi yang dipraktikkan dengan cara “memompa” harga aset kripto tertentu melalui sentimen yang tidak berdasar sebelum harga jatuh karena tidak ada fundamental yang kuat. 

“Bahkan mereka (anak muda) menyebut nama koin-koin baru yang tidak dikenal, padahal koin yang tidak dikenal itu adalah subjek manipulasi, subjek pada strategi pump and dump, dipompa naik ke atas kemudian dibanting ke bawah dan sudah banyak orang yang mengalami kerugian,” ungkap Rhenald. 

Dengan menyebarluaskan informasi yang menyesatkan serta iming-iming keuntungan yang menggiurkan, para pelaku menjaring para korban melalui media sosial. Para korban yang tidak memahami dunia kripto secara mendalam pun rentan untuk tertangkap oleh umpan yang ditebar pelaku. 

Menurut Rhenald, saat ini peran otoritas dari pemerintah sangat dibutuhkan terkait dengan penipuan aset kripto yang cukup berbahaya bagi para investor baru, khususnya anak muda. 

Kalaupun gerakan para pelaku masih cukup sulit untuk diawasi karena perkembangan digital yang memberikan keleluasaan bagi para penggunanya untuk melakukan kegiatan terkoordinasi tanpa diketahui publik, setidaknya pihak berwajib bisa memperluas edukasi kepada masyarakat terkait investasi kripto.